Teuku Faisal Fathani ~ Dosen UGM, Penemu Teknologi Mesin Deteksi Longsor yang Mendunia

Advertisement-Scroll to Continue
Teuku Faisal Fathani
Image dari Klikkabar.com

Satu lagi prestasi dicatatkan oleh anak negeri di bidang penemuan teknologi. Ialah Teuku Faisal Fathani, seorang dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang berhasil menemukan dan mematenkan teknologi mesin deteksi longsor. Yang membuatnya luar biasa, teknologi temuannya tersebut tidak hanya diakui di tingkat nasional bahkan sudah mendapat apresiasi dari komunitas peneliti bencana longsor tingkat dunia.

Dari awalnya usaha sederhana untuk memecahkan masalah terkait dengan bencana alam, kerja keras Teuku Faisal Fathani akhirnya berbuah manis dengan hasil temuannya tersebut. Kini mesin deteksi bencana longsor yang dibuat Teuku Faisal Fathani dapat membantu semakin banyak masyarakat untuk terhindar dari dampak bencana longsor. Selengkapnya kisah inspiratif tentang pencapaian Teuku Faisal Fathani di bidang teknologi, bisa disimak pada artikel berikut ini.

Bermula Dari Permasalahan Sederhana

Ketika pertama kali mengembangkan teknologi mesin deteksi longsor, Teuku Faisal Fathani memang tidak terfikir bisa mencapai bentuk yang sebaik seperti saat ini. Kala itu ia menyatakan, di tahun 1999, Indonesia pernah mendapatkan sumbangan alat deteksi gempa dari pemerintah Jepang yang di fasilitasi oleh Japan International Corporation Agency (JICA). Alat tersebut diberikan oleh JICA sebagai bentuk bantuan penanggulangan bencana longsor di Indonesia.

Dan pada waktu itu, alat yang terdiri dari beberapa unit seperti penakar hujan, ekstensiometer, tiltmeter, dan alat untuk memantau fluktuasi muka air tanah tersebut mengalami kerusakan dan tidak bisa diperbaiki tampa dibawa ke perusahaan pengembangnya di Jepang. Dari masalah inilah, Faisal mulai berupaya untuk melakukan riset pembuatan mesin serupa namun ditujukan untuk antisipasi deteksi bencana longsor.

Artikel lain: Dr. Warsito P. Taruno ~ Penemu Alat Terapi Kanker yang Telah Diapresiasi Ahli Medis Dunia

Dibangun Tahap Demi Setahap

Setelah memutuskan untuk mengembangkan mesin deteksi longsor sendiri, akhirnya pada tahun 2007, Faisal bersama tim dari Teknik Elektro UGM berhasil membuat generasi pertama dari mesin yang diberi nama GAMA-EWS. GAMA-EWS sendiri merupakan teknologi yang sudah mampu memberikan keuntungan dari sisi pencatatan deteksi longsor meski belum begitu sempurna.

Kekurangan dari generasi pertama GAMA-EWS adalah masih menggunakan pencatatan manual untuk membaca pergerakan tanah. Karena mempunyai semangat yang tinggi untuk terus mengembangkan teknologi temuan, Faisal kemudian mencoba untuk menambahkan beberapa teknologi baru hingga menemukan GAMA-EWS generasi kedua yang telah dilengkapi dengan kertas pencatat, sehingga tidak perlu dicatat secara manual.

Namun ternyata permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan mesin tersebut tidak berhenti begitu saja. Disampaikan dari Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Syamsul Maarif, proses pencatatan deteksi gempa yang dilakukan nyatanya tidak bisa selalu dipantau secara manual oleh petugas dimana mesin tersebut berada. Hal tersebut dikarenakan, untuk mencapai lokasi penanaman mesin terkadang cukup beresiko.

Inilah yang kemudian memaksa Faisal untuk memutar otak kembali menemukan teknologi yang lebih sempurna. Hingga pada akhirnya GAMA-EWS generasi 3 berhasil dikembangkan dengan menanamkan teknologi telemetri atau wireless. Dengan adanya teknologi ini, maka hasil pencatatan yang diperoleh oleh Mesin GAMA-EWS, akan langsung terkirim secara digital melalui beberapa opsi seperti pesan singkat, modem internet hingga radio frekuensi. Dengan begitu, pemantauan bisa dilakukan bahkan hingga jarak 100 km.

Kelebihan lain dari Generasi 3 ini adalah adanya teknologi peringatan dini lewat adanya alarm sinyal sirene yang dapat memberitahu warga di sekitar lokasi rawan longsor untuk segera melakukan evakuasi. Generasi ketiga ini dipandang sudah mempunyai kualifikasi yang sangat tinggi untuk digunakan dalam skala besar. Hal tersebut karena mesin GAMA-EWS generasi 3 sudah sangat kuat serta mampu beradaptasi dengan cuaca ekstrim.

Inilah yang kemudian membuat generasi 3, mulai diaplikasikan di lebih dari 20 provinsi di Indonesia. Tidak hanya digunakan di dalam negeri, teknologi yang sudah diaplikasikan untuk perusahaan Pertamina Geothermal Energy dan Medco ini juga digunakan di negara lain seperti myanmar, Laos, Timor Leste serta Selandia Baru.

Baca juga: Adi Sutrisno ~ Mahasiswa Lampung Penemu Aplikasi Deteksi Jumlah Sel Darah Merah

Mendapatkan Pengakuan Dunia

Prestasi yang berasal ditorehkan oleh Teuku Faisal Fathani bersama tim dari Universitas Gajah Mada tersebut, akhirnya menghasilkan penghargaan dari UNESCO, sehingga menempatkan UGM sebagai Pusat Unggulan Dunia dalam Pengurangan Risiko Bencana Tanah Longsor 2011-2014 dan 2014-2017.

Dari nilai komersil sendiri, tentunya mesin asli buatan Indonesia ini bisa menjadi kebanggaan karena diakui hingga tinggal dunia. Teuku Faisal mengaku telah melakukan upaya paten untuk beberapa mesin yang diciptakannya yakni ekstensiometer generasi satu manual, ekstensiometer generasi satu dengan pembacaan kertas, dan ekstensiometer digital dengan kartu memori. Hal ini tentu ditujukan untuk melindungi hak kekayaan intelektual yang dimiliki oleh putra asli Indonesia.

Advertisement
M Majid

Mochamad Majid adalah content writer sekaligus editor di Maxmanroe.com. Menyukai dunia digital media dan fotografi.

1 thought on “Teuku Faisal Fathani ~ Dosen UGM, Penemu Teknologi Mesin Deteksi Longsor yang Mendunia”

  1. Wuish bangga bro jadi warganeraga indonesia (Y) moga lebih banyak teknologi yang dapat di hasilkan

    Reply

Leave a Comment