Inilah Langkah Bekraf Pupuk Potensi Industri Kreatif Indonesia

Image dari Crafina.com

Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa besar dalam hal sumber daya alamnya. Namun yang harus kita pahami bersama adalah, Indonesia juga tidak kalah dalam hal kreativitas masyarakatnya. Oleh karena itu, industri kreatif merupakan salah satu lini usaha yang harus dioptimalkan dengan baik.

Dan contoh nyatanya seperti yang telah dilakukan oleh Badan Ekonomi Kreatif atau Bekraf, yang belum lama ini mencoba untuk memberikan solusi bagi para pelaku industri kreatif Indonesia agar tetap bisa berkembang utamanya dalam hal pembiayaan. Solusi tersebut diwujudkan dalam bentuk bantuan pembiayaan dengan nilai mencapai Rp500 miliar.

Dukung Sisi Finansial

Pada awal tahun 2017 ini, badan yang mempunyai tujuan untuk memajukan ekonomi kreatif Bekraf memulai dengan menggulirkan program baru dalam bentuk bantuan pembiayaan perbankan. Bekraf akan memfasilitasi pembiayaan industri kreatif hingga Rp500 miliar melalui skema pembiayaan perbankan. Untuk itu, Bekraf akan menggelar kegiatan Bekraf Financial Club (BFC) di sejumlah kota untuk mempertemukan pelaku industri dengan perbankan.

Dengan kewenangan untuk menyalurkan dana secara langsung kepada para pelaku industri kreatif, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah turut juga menggandeng industri perbankan untuk sama-sama memajukan ekonomi nasional.

Artikel lain: Mengintip Profil 5 Orang Terkaya Dalam Industri Game Dunia

“Bekraf memang tidak memiliki kewenangan untuk menyalurkan dana langsung kepada pelaku industri kreatif, tetapi kami berkewajiban untuk mendekatkan pelaku industri dengan perbankan melalui penyelenggaraan Bekraf Financial Club,” kata Fadjar Utomo Deputi Akses Permodalan Bekraf

Diadakan Di Beberapa Kota

Karena sifatnya untuk membantu para pelaku industri kreatif secara menyeluruh, program bantuan keuangan Bekraf ini akan jalankan di beberapa kota besar seperti misalnya Jakarta, Jogja serta Bandung. Sama seperti yang telah disampaikan di atas, tujuannya adalah menjadi jembatan antara pelaku bisnis kreatif dengan industri perbankan.

Fadjar menyampaikan bahwa selama ini perbankan bukan tidak berminat kepada industri kreatif, tetapi informasi mengenai kegiatan bisnis ini memang terbilang cukup terbatas. Oleh karena itu, dengan membuka informasi yang lebih mudah untuk dijangkau para pelaku industri kreatif nantinya diharapkan semakin banyak pelaku bisnis yang bisa memanfaatkan fasilitas perbankan.

Untuk mendukung upaya tersebut Bekraf telah menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan perbankan besar. Hingga saat ini, Bekraf tercatat telah menjalin kerja sama dengan sejumlah bank pelat merah antara lain PT Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, dan PT Mandiri Tbk. Dalam waktu dekat, Bekraf dijadwalkan melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan PT BNI Tbk. dan PT BRI Tbk.

Nantinya tujuan utama yang ingin diraih Bekraf adalah menjadi pendamping para pelaku usaha kreatif agar bisa melaksanakan berbagai hal teknis terkait dengan jurusan finansial.

“Layaknya UMKM, industri kreatif seringkali tidak bankable karena mereka tidak memiliki perencanaan keuangan, dan laporan keuangan yang sistematis. Di sinilah peran Bekraf melalui pendampingan, dari sisi perbankan, kami sudah memiliki rencana pengadaan business matching selama tahun ini untuk mengatasi misinformasi terkait industri kreatif,” ungkap Fajar.

Menurut data Bank Indonesia, penyaluran kredit perbankan ke UMKM mencapai Rp857 triliun per Desember 2016 dengan jumlah nasabah sebanyak 13,67 juta. Dari angka tersebut, mayoritas kredit perbankan masih disalurkan ke sektor perdagangan besar dan eceran 52,7%, diikuti oleh industri pengolahan 10,3%, dan perhatian dan kehutanan 8,2%.

Baca juga: Menilik Besarnya Potensi Marketing Via Social Game

Dengan pembagian kredit perbankan semacam ini, tentunya masih banyak potensi yang bisa dimanfaatkan terutama untuk pelaku kreatif yang terbilang masih cukup minim. Dalam data yang dihimpun tercatat bahwa porsi kredit uMKM di sektor industri kreatif hanya berjumlah 11,9%. Angka tersebut bertambah menjadi Rp106,42 juta pada periode yang sama.

Mengenai industri yang menjadi sasaran untuk kredit jenis ini adalah contohnya industri perfilman, radio, televisi, dan hiburan, piranti lunak, arsitek, kuliner, serta pakaian jadi.

M Majid

Mochamad Majid adalah content writer sekaligus editor di Maxmanroe.com. Menyukai dunia digital media dan fotografi.

Leave a Comment