Tommy Hilfiger ~ Pebisnis Fashion yang Merintis Bisnisnya Dari Nol Hingga Bernilai Rp 30 Triliun

Image dari Golffashionweekly.com
Image dari Golffashionweekly.com

Jika Anda sering ke mall maka Anda mungkin sudah tak asing dengan nama Tommy Hilfiger. Ya, Nama ini adalah nama brand atau merk fashion yang sudah terkenal dan mendunia. Namun tahukah Anda jika nama Tommy Hilfiger ini berasal dari sosok pria yang merintis bisnisnya dari nol? Dengan semangat dan daya juangnya, Hilfiger yang sejatinya adalah seorang perancang busana saat ini telah mampu mendirikan Tommy Hilfiger Corporation dan menjual produknya hingga ke seluruh penjuru dunia.

Pendapatannya sendiri saat ini sudah terbilang fantastis. Dari nol ia merintis #bisnis fashion, kini ia sudah sanggup mengumpulkan kekayaan hingga Rp 30 triliun rupiah. Lalu bagaimana perjalanan bisnis Hilfiger hingga mencapai kesuksesan ini? berikut ulasannya.

Kehidupan Awal Tommy Hilfiger

Hilfiger kecil adalah anak kedua dari sembilan bersaudara yang selalu bercita-cita dan bermimpi bekerja di bidang fashion. Meski kedua orangtuanya hanya menginginkan menjadi insyinyur, Hilfiger tetap bersikukuh dengan impiannya tersebut.

Saat masuk sekolah SMA, Hilfiger sudah mulai berjualan celana cutbrai. Dari sinilah celana yang melebar dari dengkul hingga bawah itu dikenal Elmira, New York, tempatnya tinggal. Dari Sekolah Tinggi Seni & Desain untuk SMA, Hilfiger kemudian melanjutkan pendidikannya di GST BOCES Bush ,kampus di Elmira untuk toko mesin perdagangan.

Artikel lain: Leonardo Del Vecchio ~ Dari Keluarga Biasa Menuju Seorang Miliarder Italia

Bekerja dan Membangun Usaha

Saat berusia 18 tahun, setelah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi, Hilfiger mulai bekerja di industri ritel. Dalam perjalannnya ke New York City, ia membeli celana jeans dan celana bell-bottom untuk disesuaikan dan dijual kembali. Dengan modal $ 15, Hilfiger sudah berani membuka toko sendiri di sekitar blok di pusat kota Elmira yang diberi nama People’s Place atau yang berarti Tempat Rakyat.

Karena kemudian banyak toko yang tutup karena efek dipindahnya jalur lalulintas belanja ke Arnot Mall baru di Horseheads, New York, Hilfiger kemudian memindahkan tokonya ke ruang bawah tanah pada sebuah bangunan komersial di Elmira. Pada Juni 1927 “Tempat Rakyat” mengalami kehancuran dan kebangkrutan akibat banjir dan badai Agnes.

Meski demikian ia tidak menyerah, Hilfiger beralih untuk mendesain pakaian dengan merancang untuk sisa toko di bagian utara New York. Meskipun pernah ditawari sebagai asisten desain di Calvin Klein dan Perry Ellis, ia menolak tawaran tersebut dan lebih memilih pindah ke New York City dengan istrinya Susie. Hilfiger juga kemudian bekerja di raja tekstil asal India, Mohan Murjani, yang saat itu terkenal dengan jins Gloria Vanderbilt di Amerika Serikat.

Sukses Mendirikan Tommy Hilfiger Corporation

Dengan dukungan dari Mohan Murjani Group, Hilfiger mendirikan Tommy Hilfiger Corporation pada tahun 1985. Ketika pakaian buatannya diluncurkan tahun 1986, perusahaan itu mampu meraup US$ 5 juta. Setahun kemudian, penjualannya meningkat dua kali lipat.

Sejak itu brand Tommy Hilfiger mulai dikenal publik. Pada tahun 1998, Hilfiger meninggalkan manajemen Mohan Murjani untk kemudian bergabung dengan perusahaan pakaian Hong Kong, Silas Chou. Perusahaan ini juga antara lain memproduksi pakaian Ralph Lauren dan Liz Claiborne. Brand Tommy Hilfiger pun makin dikenal dan berkembang pesat.

Tahun 1992, brand Tommy Hilfiger akahirnya bisa go public dengan memperkenalkan koleksi busana pria signature-nya. Pada tahun 2004, perusahaan Hilfiger telah mampu mempekerjakan 5.400 karyawan serta mendapatkan penghasilan lebih dari $ 1,8 miliar.

Dengan semua prestasinya ini akhirnya pada tahun 1995, Hilfiger dinobatkan sebagai pria Designer of the Year oleh Dewan Fashion Designers of America. Pada awal tahun 2010, produk terbarunnya yang dikelola Apax Partner menjual pengelolaan merek Tommy Hilfiger ke Phillips-Van Heusen Corporation (pemilik Calvin Klein) dengan nilai fantastik, Rp 30 triliun.

Baca juga: Yasa Singgih ~ Bermula Dari Nol, Hingga Sukses Mengibarkan Brand Men’s Republic

Mendapatkan Kritik dan Gugatan

Meski kini sudah sukses, Tommy Hilfiger ternyata pernah dikritik dan dugugat karena memiliki pakaian yang diproduksi dalam kondisi sweatshop di wilayah Amerika Serikat Saipan di Kepulauan Mariana Utara. Pakaian yang di labeli “Made in USA” ini menimbulkan perdebatan hebat saat itu karena hal tersebut adalah US Commonwealth, dimana hukum perburuhan federal, termasuk upah minimum, tidak berlaku.

Asep Irwan

Asep Irwan adalah content writer di Maxmanroe.com. Memiliki minat besar di dunia kepenulisan, blogging, dan media online.

2 thoughts on “Tommy Hilfiger ~ Pebisnis Fashion yang Merintis Bisnisnya Dari Nol Hingga Bernilai Rp 30 Triliun”

  1. ceritanya membuat kita sebagai pebisnis online lebih bersemangat untuk mencapai apa yang kita inginkan, memang semua tidak bisa serba instan

    Reply

Leave a Comment