Jika saat ini di Indonesia bisa dibilang sudah sangat banyak bermunculan perusahaan rintisan atau yang jamak disebut startup, namun kondisinya tentu berbeda pada belasan tahun yang lalu. Yang menarik, ternyata startup di Indonesia bahkan sudah muncul sejak tahun 1991 meski belum mengusung konsep penerapan teknologi secanggih saat ini.
Dan sosok di balik langkah tersebut adalah seorang entrepreneur di bidang IT bernama Purwa Hartono. Memiliki background pendidikan teknologi khususnya software dan hardware dari universitas ternama di Amerika, kecintaannya pada pengembangan teknologi nasional akhirnya membawa Purwa mendedikasikan diri dalam pengembangan #startup di negeri sendiri.
Lewat lembaga pendidikan IT Purwadhika Computer Design School yang ia dirikan, membuka pula babak baru perkembangan startup di Indonesia. Berikut kisah lengkapnya.
Mencari Ilmu di Negeri Orang
Purwa Hartono sudah memiliki ketertarikan tinggi di bidang #teknologi serta komputer sejak masih sangat mudah. Dan selepas lulus dari bangku Sekolah Menengah Atas, satu-satunya hal yang ingin diraih adalah memperoleh ilmu sebanyak mungkin di bidang IT untuk kemudian dikembangkan lagi indonesia.
Dari situlah, pada tahun 1982 ia meneruskan pendidikan dengan mengambil jurusan computer science di Universitas Northrop, Amerika. Tidak puas dengan gelar sarjana, Purwa meneruskan pendidikan di University of Southern, California, mengambil jurusan magister computer engineering.
Artikel lain: Tips Membangun Startup Dari Natali Ardianto, Co-Founder Tiket.com
Sedikit mengenang ketika masih mengadu nasib di negeri Paman Sam, sebenarnya Purwa sudah seringkali mendapat tawaran untuk bekerja di perusahaan yang ada di Amerika. Mengisi sela waktu selama masa pendidikan tinggi, dia juga sempat bekerja di beberapa perusahaan IT besar.
Kembali Ke Indonesia
Karena tidak ingin mengkhianati niat awal untuk mengembangkan pendidikan teknologi di tanah kelahiran, akhirnya selepas menuntaskan pendidikan tinggi, pada tahun 1987, Purwa kembali ke Indonesia. Tak berselang lama, dibantu beberapa rekan ia mulai mendirikan lembaga kursus bidang IT yang diberi nama Purwadhika.
Lembaga tersebut merupakan wujud manifestasi ilmu yang pernah ia dapatkan selama belajar di Amerika. Tidak hanya pengembangan software atau perangkat lunak, Purwa juga menggabungkan pendidikan perangkat keras untuk menyempurnakan ilmu yang didapat para siswanya.
“Kursus ini saya tingkatkan menjadi disiplin ilmu setara dengan S2. Jadi saya poles lulusan universitas IT ternama di Indonesia agar lebih melek pada software dan hardware,” tuturnya.
Mendapat Perhatian Dari Pemerintah
Pengalaman menarik pernah dialami oleh Purwa Hartono, ketika mendapat undangan khusus dari BJ Habibie, yang pada waktu itu menjabat sebagai Menristek. Lewat organisasi khusus yang diberi nama DIPATI, Purwa bergabung dengan banyak ahli di bidang teknologi lain yang berasal dari Indonesia.
Tidak hanya itu, ia juga menjadi satu-satunya perwakilan swasta yang tampil dalam pameran teknologi pertama di Indonesia yang diinisiasi oleh Menristek. Dengan keahliannya, pada waktu itu Purwa beserta anak didik berhasil mempresentasikan perangkat touch map, sebuah peta digital dengan penerapan teknologi sentuh.
Untuk ukuran saat ini, teknologi semacam itu tentu sudah tidak mengejutkan. Namun, apa yang dilakukan oleh Purwa beserta tim berhasil dicetuskan jauh sebelum teknologi serupa mampir ke Indonesia seperti saat ini.
“Tahun 1991 itu, kami sudah ciptakan touch map. Karena booth kami dikunjungi Presiden Soeharto, kami juga buatkan sensor peternakan telur, beliau hobi di bidang peternakan dan itu membuatnya tertarik,” ungkapnya.
Baca juga: Anwar Yunus Lepas Zona Aman utk Membangun Startup DealMedan
Harapan dan Pengembangan
Purwadhika Computer Design School menjadi cikal bakal apa yang dinamakan startup teknologi di Indonesia. Hingga saat ini, lembaga pendidikan tersebut sudah berdiri selama tak kurang dari 30 tahun, serta mencetak generasi melek teknologi asli Indonesia.
Sejumlah lulusan dari lembaga tersebut bahkan sudah ada yang bekerja di perusahaan IT besar luar negeri. Dan banyak lainnya, menjadi profil-profil yang saat ini menangani perusahaan berbasis teknologi di penjuru nusantara.
Harapan yang ingin dicapai oleh Purwa Hartono adalah, agar lembaga pendidikan IT miliknya segera disahkan sebagai sebuah perguruan tinggi. Masih menunggu perizinan, tentu sangat diharapkan sekolah yang mampu mencetak 500 lulusan andal pertahun tersebut tidak mendapat kesempatan untuk berkembang lebih besar.
mas purwa ternyata sudah lebih awal mengenal teknologi informasi