Kreatifitas dalam dunia bisnis memang sangat dibutuhkan untuk melihat celah-celah #peluang bisnis yang mungkin bisa kita kerjakan. Barang bekas pun jika kita mampu memanfaatkannya untuk mendapatkan keuntungan, itu bisa dijadikan sebuah bisnis yang potensial. Bagi sebagian orang mungkin memandang barang-barang bekas itu tak lebih sebagai rongsokan yang tidak memiliki nilai jual. Namun bagi orang yang kreatif, barang bekas bisa menjadi peluang bisnis yang sangat menjanjikan.
Contoh pengusaha yang mampu memanfaatkan barang bekas menjadi bisnis yang menguntungkan adalah Usman, pria 37 tahun asal Desa Kasugengan Lor, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Ya, Usman adalah sosok kreatif yang mampu memanfaatkan ban bekas menjadi kerajinan yang memiliki nilai jual tinggi. Bagaimana kisah perjalanan bisnis Usman, simak cerita selengkapnya di bawah ini.
Awal Memulai Usaha Kerajinan Ban Bekas
Usaha kerajinan ban bekas miliki Usman sendiri awalnya adalah usaha yang dirintis oleh ayahnya. Usaha ini bermula ketika sang ayah pergi merantau ke Jakarta untuk bekerja. Di sanalah ayah Usman melihat banyak ban bekas yang berantakan, yang kemudian dari situ timbul inisiatif dari ayah Usman untuk belajar merapihkannya.
Setelah beberapa lama, kemudian ayah Usman pun mampu membuat kerajinan berupa kursi dari bahan ban bekas. Berawal dari situ, lantas Ayah Usman pun memulai usaha kerajinan ban bekas yang sampai saat ini diteruskan oleh Usman.
Dulunya, Usman menceritakan bahwa usaha yang dikelola Ayahnya tersebut hanya memiliki dua orang yang membantu untuk membuat kerajinan. Namun kini di tangan Usman, usaha tersebut sudah berkembang dan tumbuh semakin besar dengan memiliki 25 orang karyawan. Daerah pemasarannya pun juga semakin luas mencapai ke luar kota bahkan provinsi tiap bulannya.
Artikel lain: Bisnis Daur Ulang Limbah ~ Raup Keuntungan Sembari Selamatkan Lingkungan
Dalam sehari, Usman menuturkan mampu membuat kurang lebih lima belas set yang jumlah satu setnya ada empat kursi dan satu meja. Dalam satu minggu jika ditotal, Usman mampu membuat 420 kursi, dan 105 meja, yang sudah siap untuk dikirim.
Untuk mendapatkan bahan, Usman membeli ban bekas dari truk fuso yang sangat besar. Biasanya dalam sekali membeli bahan, jumlahnya bisa mencapai 120 buah. Selain bekas ban truk fuso, bekas ban truk biasa dan mobil biasa juga bisa digunakan untuk anyaman dan kreasi yang lain. Kebanyakan bahan sering ia dapatkan dari Jakarta selain juga dari beberapa daerah yang lain. Dalam sekali membeli bahan, ia menggunakan truk fuso untuk mengangkut ban-ban bekas tersebut karena ukurannya yang sangat besar.
Meski Barang Bekas, Jika Mampu Mengolah Akan Menjadi Bisnis yang Menguntungkan
Usaha yang dijalankan oleh Usman ini terbilang memiliki keuntungan yang besar. Satu set kursi dari ban bekas ini bisa dihargai sampai Rp. 400.000 rupiah. Jika tiap minggunya rata-rata Usman mampu menjual 100 set kursi dari ban bekas, maka ia bisa mendapat omzet 40 juta setiap minggu. Dan dalam satu bulan ia mampu mendapatkan keuntungan mencapai Rp. 160 juta rupiah. Laba yang terbilang sangat besar jika dilihat dari modal untuk pembelian ban bekas yang sangat murah.
Menurut Usman, meski usaha yang ia kelola hanya mengolah barang bekas, namun jika mampu mempercantik dan merapihkannya pasti akan membuat orang tertarik yang tentunya akan mendatangkan keuntungan yang besar. Selain cantik, kelebihan dari kerajinan kursi dari ban bekas ini adalah keawetannya yang diklaim Usman lebih awet dari pada kursi dari bahan kayu.
Baca juga: Edy Fajar Prasetyo ~ Kreatif Olah Sampah Datangkan Untung Jutaan Rupiah
“Meski ban bekas, tapi kalau bisa merajutnya, merapihkan, dan mempercantik, orang pun pasti tertarik. Apalagi kursi ini lebih jauh lebih awet ketimbang kursi kayu,” terang Usman.
Usaha yang dirintis oleh Usman dan ayahnya ini tak hanya mampu memberikan keuntungan bagi Usman saja. Dari usaha yang dikelola Usman ini, ia mampu memberikan peluang pekerjaan bagi lingkungan sekitarnya. Dan terutama lagi, Usman mampu membuka lapangan pekerjaan bagi anak-anak yang putus sekolah. Memang Usman sendiri sedikit memprioritaskan pada pemuda yang putus sekolah untuk dijadikan karyawan dalam usahanya.
