Brand Bisnis Masih Enggan Lirik Marketing Via Virtual Reality Karena Mahal

Advertisement - Scroll to Continue
Image dari Facebook.com

Pada tahun 2015, Facebook secara terbuka menyatakan bahwa pihaknya berupaya untuk memajukan salah satu #teknologi terapan yakni virtual reality atau VR. Teknologi pencitraan digital yang satu ini memang semakin populer sejak diperkenalkan beberapa tahun lalu. Bahkan jumlahnya bisa dibilang telah meningkat tajam dan digunakan oleh banyak pengguna di seluruh dunia.

Alasannya adalah, kacamata VR yang menjadi medium utama menyaksikan dunia virtual, telah dibandrol dengan harga yang lebih terjangkau. Bahkan beberapa diantaranya menawarkan harga yang sangat murah dan bisa juga dibuat secara mandiri.

Yang menarik adalah, berbanding terbalik dengan perangkat VR yang sudah semakin terjangkau, ternyata untuk membuat konten VR masih sangat mahal. Inilah alasan mengapa brand bisnis banyak yang belum terlalu tertarik untuk menerapkan virtual reality sebagai konten marketing andalan.

Biaya Pembuatan Konten VR yang Mahal

Disampaikan oleh CEO Anantarupa Studio, Ivan Chen, memang betul bahwa untuk membuat konten VR dibutuhkan biaya yang cukup tinggi. Dalam hal ini, para pemilik bisnis besar yang ingin merambah dan mengembangkan konten VR sebagai media promosi, harus benar-benar berpikir terutama untuk masalah finansial.

Ivan mengungkap bahwa, baik VR ataupun teknologi sejenis augmented reality (AR), merupakan teknologi yang tergolong sangat canggih, oleh karena itu biaya pembuatannya pun juga tidak murah.

Artikel lain: Mengenal 6 Bidang Kegunaan dari Penggunaan Perangkat Virtual Reality (VR)

Padahal di sisi lain, ketika disandingkan dengan dunia bisnis tentu berorientasi pada efek serta hasil yang bisa didapatkan oleh perusahaan. Sedangkan ketika ekspektasi sudah terlalu tinggi saat menggunakan berpromosi menggunakan teknologi VR, namun hasilnya tidak dijamin selalu sesuai perkiraan.

Lalu berapakah jumlah dana yang dibutuhkan untuk membuat konten marketing berbasis virtual reality?

Menurut Ivan, untuk membuat VR sederhana saja dibutuhkan dana sekitar Rp100 juta. Untuk bentuk atau spesifikasi yang lebih kompleks tentu angka tersebut bisa melambung lebih tinggi lagi.

Harapan Tidak Sesuai Dengan Besaran Dana

Meneruskan apa yang telah disampaikan sebelumnya, banyak perusahaan yang sebenarnya tertarik untuk mengembangkan konten marketing berbasis virtual reality. Namun, mayoritas dari perusahaan tersebut tidak mampu memberikan dana yang cukup pantas untuk pengembangan konten VR yang benar-benar maksimal.

Di sisi lain, perusahaan justru sudah mematok ekspektasi besar untuk mendapat kesuksesan dengan konten marketing tersebut. Memang tidak ada salahnya, karena bisnis adalah ladang pertimbangan dan strategi mengatur keuangan. Namun, khusus untuk teknologi canggih seperti VR dan AR, memang tidak bisa disamakan dengan upaya marketing digital biasa.

“AR dan VR adalah media baru buat engagement dengan customer. Tidak bisa disamakan dengan pasang iklan di media konvensional. Iklan mungkin bagus untuk ciptakan awareness tapi tidak tercapainya engagement. Masalahnya seberapa besar minat merek untuk memanfaatkan teknologi tersebut,” terang Ivan.

Permasalahan lain juga muncul bagi perusahaan yang sudah berupaya untuk mengembangkan konten marketing VR. Mereka membuat konten digital yang sebenarnya tidak terlalu optimal karena lagi-lagi prosesnya terbentur masalah biaya dan juga waktu.

Dan sebagai pihak yang sudah berpengalaman dan bersentuhan langsung dengan dunia pembuatan konten digital seperti VR dan AR, Ivan menjelaskan bahwa pembuatan konten seperti itu membutuhkan waktu yang sangat lama.

Baca juga: Bidik Interaksi Sosial di Masa Depan, Facebook Kembangkan Teknologi Virtual Reality

Untuk membuat model tiga dimensi saja dibutuhkan proses untuk mengembangkan objek, karakter, animasi, lingkungan dan banyak hal lain di dalamnya. Untuk satu aspek digital, dibutuhkan waktu sekitar 10 hari. Belum juga termasuk proses lain ketika mengembangkan konten augmented reality, serta proses rigging, shadder, game engine, alpha dan beta test.

Oleh karena itu, minimal waktu yang dibutuhkan yakni sekitar 3 minggu hingga 3 bulan bahkan lebih.

Saran yang bisa diberikan adalah, konten digital dalam bentuk virtual memang sangat menarik dan bisa saja memberikan efektivitas tinggi untuk menciptakan keterkaitan brand dengan pengguna. Namun jika perusahaan belum benar-benar sepenuhnya berani masuk dalam jenis konten ini, akan lebih baik untuk mencari alternatif lain yang lebih sesuai dengan budget serta melihat kondisi target yang ingin di sasar.

Advertisement
M Majid

Mochamad Majid adalah content writer sekaligus editor di Maxmanroe.com. Menyukai dunia digital media dan fotografi.

Leave a Comment