Turunkan Tarif Sopir Gojek, Inilah Alasan Nadiem Makarim Melakukannya

Image dari Rappler.com
Image dari Rappler.com

Seperti diketahui bahwa sejak tanggal 2 November 2015 kemarin, manajeman Go-Jek telah melakukan perubahan kebijakan penurunan tarif dan bonus. Terkait tarif terdapat perubahan yaitu jarak per kilometer yang sebelumnya Rp 4.000 kini diubah menjadi Rp 3.000 per kilometer. Sedangkan untuk bonus sendiri yang bisa didapat oleh driver juga mengalami perubahan pada perolehan poin sebagai tandanya.

Sebelumnya driver Go-Jek bisa mendapatkan bonus Rp 50.000 hanya dengan mengumpulkan lima poin, tapi sekarang untuk mendapatkan bonus tersebut, mereka para driver ini harus mengumpulkan hingga delapan poin per hari.

Akibat Reaksi dari Para Driver Go-Jek

Reaksi pun muncul dari para driver. Mereka menganggap bahwa perubahan kebijakan ini sangat memberatkan. Pasalnya, penurunan tarif dan bonus ini membuat penghasilan mereka menurun 30 persen. Dari sini mereka para driver Go-Jek ini kesal karena merasa dijadikan “sapi perah” untuk kepentingan manajemen Go-Jek.

Untuk meluapkan rasa kekesalannya itu pada tanggal 3 November 2015, satu hari selepas perubahan kebijakan tersebut diluncurkan, para driver ini bahkan berencana menggelar mogok massal dan demo besar-besaran ke kantor Go-Jek di Kemang, Jakarta Selatan. Mereka menuntut untuk agar kebijakan yang sudah dikeluarkan itu dicabut dan kembali ke peraturan yang sebelumnya. Meski tak terwujud, ancaman ini tentunya membuat manajemen Go-Jek sedikit banyak menjadi khawatir dan merasa harus melakukan klarifikasi terkait kebijakan tersebut.

Meski telah mendapatkan respon dan reaksi yang cukup terasa dari para pekerjanya (para driver), toh manjemen Go-Jek masih saja tetap tidak mencabut kebijakan yang dikeluarkan pada tanggal 2 November 2015 kemarin. Maka sampai saat ini manajemen Gojek tetap memberlakukan kebijakan tersebut dengan skema bagi hasil 80 persen untuk mitra pengemudi dan 20 persen untuk perusahaan Gojek.

Artikel lain: Nadiem Makarim ~ Lulusan Harvard Sukses “Ngojek” Bersama Go-Jek

Pendapatan 20 persen dari setiap perjalanan per pengemudi ini sendiri kemudian digunakan dan dimanfaatkan pihak manajemen Gojek untuk mengembangkan perusahaan dan untuk membeli fasilitas pengadaan masker, penutup rambut, sampai jaket dan helm pengemudi.

Nadiem Makarim pun Memberikan Klarifikasinya

Karena besarnya reaksi yang muncul dari driver Gojek atas perubahan kebijakan itu, maka  founder dan CEO Gojek, Nadiem Makarim menyatakan klarifikasinya kemarin tanggal 12 November 2015 pada konferensi teknologi di Jakarta. Menurut pria lulusan Master of Business Administration dari Harvard Business School ini, alasan pihaknya melakukan perubahan kebijakan dengan menurunkan tarif per kilometer itu dilakukan untuk ‘merasionalkan’ tarif.

Lebih lanjut menanggapi tuntutan untuk mengembalikan ke tarif semula, Nadiem menyatakan bahwa pihaknya tidak mungkin menghilangkan subsidi ke penumpang untuk saat ini. Perusahaan memang mau tak mau harus memilih untuk merasionalkan tarif agar menguntungkan bagi penumpang dan pengemudi.

Subsidi untuk Investasi

Menurut pria 31 tahun ini jika ia menurunkan subsidi dengan mengembalikan pada tarif semula, maka hal ini akan merugikan bagi pengguna dan pengemudi. Maka mau tak mau memang kebijakan ini harus tetap berjalan agar pengemudi terus bisa menerima order. Subisidi yang diberikan Gojek ini sendiri memang bisa terlihat dari adanya promo-promo seperti pada jam tertentu penumpang yang cukup membayar Rp 15.000 dengan batas terjauh 25 kilometer.

Contoh lain yaitu layanan GoFood dan GoMart yang ditetapkan dengan tarif datar sebesar Rp 10.000. Nadiem kemudian menyatakan bahwa subsidi yang mereka berikan itu dilakukan sebagai wujud dan bentuk #investasi jangka panjang untuk menjaring banyak basis pengguna.

Baca juga: Mengutip 6 Pelajaran Bisnis Dari Hadirnya Startup Go-Jek

Perkembangan Go-Jek

Gojek sendiri memang telah mengalami ledakan jumlah pengguna. Hal ini terbukti dari jumlah pengunduh aplikasi Gojek yang mencapai lebih dari 6 juta. Dari jumlah driver yang dimiliki, Gojek sekarang telah memiliki 200 ribu mitra pengemudi di lima kota tempat atau wilayah operasional mereka, di mana 100 ribu di antaranya adalah mitra pengemudi di Jakarta. Perusahaan sendiri kemudian memutuskan untuk berhenti merekrut mitra pengemudi di Jakarta dan sekitarnya lantaran jumlahnya yang dinilai sudah cukup.

Meskipun perkembangan Go-Jek nampak nyata, ternyata menurut Nadiem pihaknya belum meraih keuntungan dari layanan yang mereka berikan. Hal ini memang disebabkan oleh adanya kebijakan memberi subsidi kepada penumpang dan pengemudi.

Terkait keuntungan ini Nadiem Makarim menyatakan bahwa ia enggan mengungkap target keuntungan dari perusahaan Gojek-nya ini. Keadaan ini disebabkan pada hal pendanaan operasional perusahaan, Gojek sendiri masih mengandalkan uang dari investor yang salah satunya adalah Sequoia Capital pada pendanaan Seri C.

Asep Irwan

Asep Irwan adalah content writer di Maxmanroe.com. Memiliki minat besar di dunia kepenulisan, blogging, dan media online.

Leave a Comment