Jika berbicara tentang brand sepatu yang ada di Indonesia, Bata adalah salah satu yang mungkin banyak digemari oleh konsumen lokal. Dikenal sebagai salah satu produsen sepatu terlama yang pernah beroperasi di Indonesia, uniknya ada sebuah fakta yang mungkin belum banyak diketahui masyarakat.
Fakta tersebut adalah, ternyata produsen sepatu Bata bukan merupakan asli dari Indonesia, melainkan dari negara Cekoslovakia. Dibawa oleh seorang pengusaha bernama Tomas Bata, dari situlah nama brand sepatu Bata diambil. Dan berikut ini kisah lengkapnya.
Awal Mula Masuk Ke Indonesia
Bagi rekan-rekan yang tinggal di kawasan Kalibata, tentu sudah tahu bahwa lokasi tersebut merupakan tempat dari pabrik pembuatan sepatu Bata yang sudah banyak dipasarkan di Indonesia. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak masyarakat yang mengira bahwa nama sepatu Bata diambil dari daerah Kalibata.
Namun kenyataannya hal tersebut salah besar, nama Bata diambil dari nama pendiri perusahaan tersebut yakni, Tomas Bata. Pengusaha asal Cekoslovakia ini merupakan inisiator dari pabrik besar yang ada di perkebunan karet di kawasan Kalibata.
Artikel lain: Niluh Djelantik ~ Founder Nilou Shoes, Brand Sepatu Asli Indonesia Dengan Konsumen Para Pesohor Dunia
Sebetulnya sepatu Bata sudah wira-wiri di Tanah Air sejak 1931 lewat jalur impor, didatangkan dari Singapura (dulu Malaya). Pengimpornya perusahaan penyalur sepatu NV Nederlandsch-Indische di kawasan pergudangan Tanjung Priok.
Meskipun berstatus sebagai produk yang bukan asli Indonesia, namun hampir mayoritas dari bahan baku yang digunakan untuk pembuatan sepatu Bata semuanya diperoleh langsung dari dalam negeri. Inilah yang membuat Bata banyak diminati oleh konsumen lokal terutama menjelang masa keemasan di tahun 80-an.
Model yang tidak biasa, karena memang disesuaikan dengan model yang dibawa oleh pendirinya dari daratan Eropa, menjadikan desain sepatu Bata nampak menarik dan mampu menjadi tren kala itu.
Ketika pertama kali memproduksi sepatu untuk dipasarkan secara massal, pabrik sepatu Bata bahkan sudah membuat ribuan pasang sepatu yang terjual di berbagai lokasi perbelanjaan hingga masuk ke pasar tradisional. Harganya yang disesuaikan dengan pasar lokal juga menjadi nilai lebih untuk menarik minat konsumen.
Tercatat di Bursa Efek Jakarta
Seiring berjalannya waktu, pihak pengelola pabrik sepatu Bata melakukan berbagai taktik bisnis untuk tetap mempertahankan eksistensi. Selain maraknya merek sepatu baru bermunculan, serta persaingan dengan brand dari luar negeri tentu menjadi tantangan yang tidak mudah bagi pihak pengelola.
Oleh karena itu, salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan bursa efek. Pada tanggal 24 Maret 1984, perusahaan associate dari Bata Shoe Organization yang berpusat di Lusanne, Swiss, itu tercatat di Bursa Efek Jakarta sebagai PT Sepatu Bata Tbk. Tidak hanya, menjadikan brand Bata semakin naik pamor, langkah tersebut tentu dapat mendongkrak minat konsumen untuk tetap mempercayai penggunaan produk pelapis kaki dari produsen Bata.
Dipegang Generasi Ketiga
Hingga saat ini, perusahaan pembuatan sepatu Bata sudah turun ke generasi ketiga dari Thomas G. Bata, yang terus berupaya memberikan inovasi untuk bertahan dalam persaingan industri sepatu.
Terdapat strategi unik yang diterapkan oleh pengelola perusahaan tersebut antara lain mengembangkan merk alternatif yang dapat menjadi pilihan bagi konsumen yang lebih khusus lagi. Dalam hal ini, sasaran yang ingin diraih adalah konsumen anak-anak hingga konsumen dengan hobi tertentu seperti hobi hiking.
Pada 2008 mereka memindahkan pabrik dan pusat distribusi dari Kalibata ke Purwakarta. Inovasi terus dikembangkan, antara lain dengan mengeluarkan merek alternatif seperti North Star, Power, Bubblegummers, dan Marie-Claire.
Artikel lain: Martha Tilaar ~ Pengusaha Kosmetik Wanita Sukses Asal Indonesia
Tidak hanya menciptakan merk alternatif, Bata juga mencoba segmentasi baru untuk produk dengan harga yang lebih terjangkau. Oleh karena itu dalam beberapa tahun belakangan, Bata mulai masuk ke ranah konsumen menengah ke bawah.
Distribusi pemasaran terus digenjot, dari mal besar sampai toko-toko Bata di pinggir jalan. Hasilnya cukup memuaskan. Pada 2008, perusahaan yang menyasar keluarga kelas menengah itu mampu membukukan hasil penjualan bersih Rp539,8 miliar atau meningkat 9,3 persen dari tahun sebelumnya.
saya kirain bata produk lokal, dilihat darinamaya sekilas mirip dengan batu bata hehehe
Legend banget ini merk sepatu. Terimakasih sudah mengisi kenangan sewaktu masih sekolah dasar dulu hehe
dulu waktu kecil sering minta di belikan sepatu merek ini, suka banget sama modelnya
Gak nyangka ternyata merk yang selama ini dibangga-banggakan sebagai produk dalam negeri ternyata didirikan oleh orang luar. Tapi tidak apalah, selama bisa membuat lapangan pekerjaan dan membuat sda indonesia di kelola dan dipasarkan di dalam negeri saya kira itu tidak jadi masalah lagi.
Bener bener membekas di hati ini sepatu bata, waktu kecil ya seringnya pakaki sepatu ini hehe