Joseph Theodorus Wulianadi, Penggagas Bisnis Joger Toko Souvenir Populer di Bali

Joseph-Theodorus-Wulianadi

Jika pergi ke pulau dewata Bali, tempat manakah yang menjadi destinasi wajib kita? Untuk pantai yang terkenal pantai Kuta, sedangkan pura mungkin Tanah Lot pilihannya, lalu untuk pernak pernik souvenir? Pasti semua satu suara Joger lah jawabannya. Kenapa harus Joger, apa yang menarik dari toko souvenir tersebut?

Kalau kita menanyakannya langsung pada sang penggagas Joger,  dia akan menjawab bahwa di Joger tidak ada apa-apa yang bagus, Joger Jelek Bali yang Bagus. Namun kenapa jika sang pemilik saja sudah mengatakan dagangannya Jelek, kog malah semakin ramai saja toko Joger.

Pembeli setia Joger yang berjibun tersebut datang karena keajaiban kata-kata hasil karya penggagas Joger yakni Joseph Theodorus Wulianadi. Lewat permainan kata yang disematkan disetiap produk serta berbagai detil penjualan yang nyeleneh menjadikan Joger memiliki daya tarik tersendiri bagi para pemburu souvenir yang sedang melancong ke pulau Bali. Dan pada kesempatan kali ini Maxmanroe akan mengulik sejarah singkat perjuangan Joseph Theodorus Wuliandi alias Mr. Joger dalam mengembangkan usaha souvenir sensasionalnya tersebut.

Artikel lain: Sony Sugema, Pendiri Bisnis Bimbel SSC

Berawal Dari Hadiah Pernikahan

Mungkin belum banyak yang mengetahui bahwa awal mula berkembangnya toko souvenir Joger adalah dari hadiah pernikahan sang pendirinya, Joseph Theodorus Wulianadi. Kembali pada awal berdirinya Joger, kala itu pria yang lahir pada 9 September 1951 tersebut sedang menyelesaikan studinnya di salah satu universitas di negara Jerman. Di sana, ia mempunyai seorang sahabat karib yang bernama Gerhard Seeger.

Hubungan pertemanan tersebut begitu akrab bahkan hingga saat Joseph kembali ke Indonesia. Hingga pada sekitar tahun 1980an, pada saat Joseph melangsungkan pernikahan, sahabatnya tersebut menyempatkan datang untuk memberikan selamat. Tidak hanya ucapan selamat Gerhard juga memberikan hadiah dalam bentuk uang tunai sebesar USD 20.000. Untuk ukuran kala itu, uang tersebut tentu jumlahnya sudah sangat besar sekali.

Setelah mendapatkan hadiah tersebut, Joseph bersama istrinya berfikir untuk mendirikan sebuah usaha. Setelah lama berfikir akhirnya tercetuslah ide membuat toko souvenir. Kala itu pulau Bali memang sudah ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupun manca negara. Nah dengan alasan itu pulalah, Joseph melihat peluang bisnis pernak-pernik souvenir masih sangat potensial.

Tepatnya pada tanggal 19 Januari 1981, brand “Joger” dijadikan nama usaha souvenir milik Joseph. Nama Joger sendiri diambil bukan tanpa alasan. Joger adalah singkatan dari nama Joseph dan sang sahabat Gerhard. Pelan namun pasti Joger perlahan berkembang hingga sebesar saat ini.

Yang menjadi kekuatan utama souvenir Joger adalah permainan kata-kata dalam setiap produknya. Meski kadang terkesan sederhana bahkan konyol namun jika dipahami lagi rangkaian kata-kata tersebut menyimpan makna yang dalam. Tidak hanya itu, strategi marketing serta promosi Joger juga tak kalah unik. Tengok saja produk sandal yang di jual, Joger pernah menjual hanya sandal sebelah kiri saja dengan harga “setengah” pasang. Namun sebagai hadiah pembeli akan mendapatkan gratis sandal sebelah kanan. Unik bukan.

Perjalanan Bisnis Joger

Jika dibayangkan bisnis souvenir Joger yang sudah sebesar saat ini, kita harus melihat perjuangan Joseph mengembangkan bisnisnya benar-benar mulai dari bawah. Saat ini mungkin pabrik Joger sudah memiliki berbagai alat produksi yang lengkap dan canggih, dulunya semua dikerjakan secara manual oleh pria berjuluk Mr. Joger tersebut.

Dibantu sang istri, ia mengerjakan proses pembuatan kata-kata yang akan dicetak pada produk kaosnya. Setelah itu, karena belum mempunyai mesin cetak sendiri dirinya lantas mengoper produknya untuk dicetak di jasa percetakan. Baru setelah barang jadi, Joseph akan menjajakannya di kiosnya.

Selain itu agar produknya lebih dikenal, awalnya Joseph mengandalkan strategi promosi dari mulut ke mulut. Ia mendatangi langsung wisatawan serta pemandu wisata dan meminta ikut mempromosikan kios Joger. Awalnya memang tak mudah, namun dari sedikit demi sedikit wisatawan yang mengenal Joger pun semakin banyak.

Hingga puncaknya pada tanggal 7 Juli 1987, Jeseph memutuskan membangun gerai besar Joger yang terletak di kawasan Jalan Raya Kuta. Dari awalnya yang berfokus pada produk T-Shirt, kini Joger juga menjual beragam produk lain diantaranya sandal, sepatu, tas, barang pecah belah, jam, sticker serta beragam kerjainan unik lainnya.

Setelah berjuang membesarkan bisnisnya kini Mr. Joger tinggal menuai hasilnya. Saat ini sudah tertanam image bagi pelancong utamanya wisatawan lokal, rasanya jika ke Bali belum lengkap tanpa membeli souvenir Joger.

Baca juga: Habibie Afsyah, Penyandang Difabel Yang Sukses di Internet Marketing

Joseph telah membuktikan bahwa dedikasi tiada henti pada usaha yang sedang dijalani merupakan jembatan terbaik menuju kesuksesan. Siap mengikuti jejak usaha kreatif ala Mr. Joger? Semangat berbisnis!

M Majid

Mochamad Majid adalah content writer sekaligus editor di Maxmanroe.com. Menyukai dunia digital media dan fotografi.

Leave a Comment