Inilah 5 “Social Enterpreneur” Indonesia Peraih Danamon Social Enterpreneur Awards 2015

Advertisement - Scroll to Continue
Image dari Infojambi.com
Image dari Infojambi.com

Menjadi seorang #pengusaha sukses memang sangat menyenangkan. Apalagi jika seorang pebisnis tersebut mampu menyandang status “social entrepreneur” yang mampu membangun wirausaha atau bisnis berkelanjutan dan juga mampu mengatasi masalah sosial di lingkungan sekitarnya. Dalam sebuah kesempatan yang diselenggarakan oleh Bank Danamon dalam acara penganugerahan  Danamon Social Enterpreneur Awards (DSEA) tanggal 12 November 2015 di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta kemarin, telah lahir lima pengusaha yang ditasbihkan sebagai “social entreprenuer” dan berhak menerima penghargaan.

Menurut Zsa Zsa Yusharyahya selaku ketua panitia acara DSEA, event yang diselenggarakan tiap tahun ini memang selalu menarik banyak pebisnis. Buktinya, pada tahun ini peserta DSEA 2015 telah mencapai 426 peserta atau naik 21 persen dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 352 peserta. Proses seleksi dan penjurian dari DSEA 2015 ini sendiri dilakukan oleh dewan juri yang kompeten di bidangnya.

Artikel lain: Fauzi Saleh ~ Sukses Berbisnis Properti Dengan Kepedulian Sosial yang Tinggi

Lebih lanjut Zsa Zsa mengungkapkan harapannya dari penyelenggaraan event tahunan ini yaitu supaya perjuangan dalam menjalankan bisnis dari para peraih award ini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat. Lalu siapa saja pengusaha yang terkategori “social entrepreneur” yang telah menyisihkan 426 peserta dan menjadi pilihan Bank Danamon tersebut? Berikut nama-namanya.

1. Fajri Mulya Iresha dari Depok

Sosok pengusaha pertama yang meraih penghargaan DSEA 2015 dan juga sekaligus menjadi peraih favorit pilihan masyarakat Indonesia adalah Fajri Mulya dari Depok. Dengan memperoleh posisi tertiggi dalam penghargaan ini maka Fajri berhak mendapatkan hadiah total sebesar Rp 50 juta. Dengan lapangan usahanya yang ia beri nama CV Zero Waste Indonesia ini, Fajri sangat berkontribusi dalam memberdayakan serta membina kaum marjinal dan para pemulung dalam pengumpulan sampah di Depok,  Jawa Barat.

Selain untuk mengumpulkan sampah, Fajri juga melakukan edukasi masyarakat tentang perbedaan sampah organik dan non organik dan juga pentingnya bank sampah. Dari usaha dan kerja kerasnya, akhirnya Fajri mampu mencapai Rp 200 juta per bulan dengan kapasitas produksi 1 ton per hari.

2. Ahmed Tessario dari Banyuwangi

Jika Fajri bergerak dipemanfaatan sampah, maka Ahmed Tessario bergerak di sektor pertanian dengan mengembangkan beras organik. Produk beras organik yang dihasilkan Ahmed sendiri adalah beras merah organik, beras putih organik, beras coklat organik, beras merah putih organik dan beras hitam organik. Dari kerja kerasnya ini akhirnya ia mampu mencapai omzet penjualan yang telah mencapai Rp Rp1,75 miliar.

Dari omzet ini maka petani yang bekerjasama dengannya juga akan mendapatkan keuntungan berupa peningkatan pendapatan dari hasil jual panen yang lebih tinggi. Selain peningkan pendapatan, para petani yang bermitra dengan Ahmed juga mendapatkan ilmu pengetahuan dan juga produktivitas lahan yang meningkat seiring pemakaian pupuk organik.

3. Ni Kadek Citra Ekawati dari Bali

Dengan produknya berupa lulur Bali Alus, Citra Ekawati yang berasal dari Bali juga dianggap mampu berkontribusi pada masyarakat. Bali Alus sendiri adalah produk lulur yang menggunakan bahan-bahan tradisional untuk perawatan tubuh.

Dari awal usaha yang dimulai sejak tahin 2000 ini, Citra Ekawati telah mampu membantu peningkatan ekonomi warga sekitar. Hal ini disebabakan dalam pembuatan Bali Alus, Citra melibatkan kurang lebih 100 masyarakat sekitar rumahnya, terutama ibu-ibu rumah tangga. Dari sini maka masyarakat pun bisa bekerja dan mendapatkan serta menambah penghasilan.

4. Putu Gede Asnawa Dikta dari Bali

Sosok pengusaha dari Bali berikutnya yang juga dinyatakan sebagai social entrepreneur adalah Putu Gede Asnawa. Usaha Putu Gede ini sendiri adalah mengembangkan Desa Sibetan di Bali menjadi desa Wisata Agro Park Salak. Buah Salak yang harganya terus menurun ini menjadi alasan Putu Gede mengembangkan desa wisata Agro Park Salak pada tahun 2012.

Saat ini dengan ide dan usaha dari Putu Gede ini taraf perekonomian masyarakat desa Sibetan menjadi lebih baik dengan aneka produk kreatif salak, buah dan limbah salak yang dihasilkan oleh masyarakat.

Baca juga: GandengTangan, Startup Untuk Membantu Para Pengusaha Sosial

5. Yayah Muslimah dari Purbalingga, Jawa Tengah

Terakhir penerima award DSEA 2015 adalah Yayah Muslimah dari Purbalingga, Jawa Tengah. Sebagai sosok social entrepreneur, Yayah telah sukses mendirikan perusahaan “Yayah Eyelases”. Perusahaan yang bergerak dalam pembuatan bulu mata ini telah menciptakan lapangan kerja di Desa Kedung wuluh, Kecamatan Kalimanah, Purbalingga, Jawa Tengah.

Saat ini sendiri Yayah telah memperjakan 6 orang karyawan tetap dan 4 orang tenaga lepas pengepul yang juga memiliki anggota 20 orang yang mayoritas merupakan ibu rumah tangga.

Advertisement
Asep Irwan

Asep Irwan adalah content writer di Maxmanroe.com. Memiliki minat besar di dunia kepenulisan, blogging, dan media online.

Leave a Comment