Bagaimana Bentuk Satelit Starlink dan Cara Kerjanya?

Peluncuran jaringan network menggunakan sistem satelit membuat banyak orang bertanya-tanya karena menawarkan kecepatan. Seperti apa bentuk satelit Starlink juga menarik perhatian karena rasa penasaran. Untuk melihat bagaimana rupa satelit atau transponder bergantung pada keadaan langit. 

Ketika langit tampak cerah, transponder akan terlihat layaknya gumpalan bersinar di atas langit. Setelah benda tersebut meluncur, maka terlihat redline bergerak menuju langit. 

Membayangkan Bentuk Satelit Starlink

Roket milik SpaceX akan membawa satelit tersebut ke luar angkasa. Mungkin orang yang tinggal dekat pesisir dapat menggambarkan dengan jelas ketika menyaksikan peluncuran roket. Pangkalan Luar Angkasa yang terletak di Vandenberg menjadi tempat peluncuran transponder menuju orbit. 

Jumlah satelit Starlink yang meluncur umumnya 46 secara terpisah mengarah menuju orbit masing-masing. Satelit milik SpaceX menghadirkan akses network dengan kecepatan tinggi dibanding jenis layanan lainnya, sehingga sesuai dengan kebutuhan wilayah terpencil. Menurut rencana, SpaceX memiliki kurang lebih 12.000 satelit siap meluncur ke orbit. 

Dari 12.000 satelit itu, sekitar 47 persen memiliki kecepatan di atas rata-rata. Ketika langit tampak cerah, sekumpulan transponder dapat bergerak berbarengan, sehingga menambah penampakan menyerupai UFO. Agar lebih gampang membayangkan bagaimana bentuk satelit Starlink, kenali desainnya seperti berikut:

SpaceX menghadirkan desain transponder lebih inovatif ketika Anda bandingkan dengan model tradisional. Seyogyanya, desain transponder milik SpaceX lebih kecil dan pilih mirip dengan piringan mini, yaitu:

  • Berbentuk Pipih

Transponder memiliki diameter kurang lebih 22 cm serta beratnya sekitar 250 kg. Desain pipih tersebut memudahkan pengemasan efisien, terutama saat roket mengirimkannya ke orbit. Selain itu, ukuran satelit Starlink tersebut juga akan lebih gampang merapat di sekitaran bumi. 

  • Memiliki Panel Surya

Hadirnya panel surya pada bagian transponder tersebut akan menghasilkan daya demi bisa beroperasinya sistem propulsi. Penempatan panel surya tersebut berada di bagian atas transponder. 

  • Mempunyai Antena

Terdapat 4 antena besar pada transponder yang mengorbit di lintasan. Tujuan pemasangan antena tersebut akan membantu kelancaran komunikasi broadband untuk para pelanggan di bumi. 

  • Mengadopsi Sistem Propulsi

Karakteristik bentuk satelit Starlink selanjutnya yaitu kehadiran pendorong ion. Ion kripton melalui sistem propulsi akan bermanuver dan bertahan pada orbitnya. Kehadiran laser optik pada transponder SpaceX berfungsi membangun jaringan demi kekuatan komunikasi yang sifatnya global. 

Keunggulan dan Gangguan yang Mungkin Timbul dari Transponder Milik SpaceX

Desain transponder milik SpaceX menghadirkan banyak keunggulan. Namun, ada juga kekhawatiran gangguan yang dihadirkan. Untuk lebih jelasnya, pahami penjelasan desain dan gangguan transponder SpaceX berikut:

  • Keunggulan

Bentuknya yang pipih membuatnya peluncurannya lebih hemat dengan orbit lebih rendah. Hal tersebut juga berdampak untuk meningkatkan kapasitas. Kehadiran Athena Phased ukuran besar akan mempertinggi kemungkinan proses transmisi data berlatensi rendah. 

Sedangkan dari segi ketahanan, bentuk satelit Starlink sangat mempengaruhi. Ketahanan dari sistem jaringan yang hadir akan memastikan redundansi berjalan baik. Menariknya lagi, desain pipih dari transponder tersebut akan meminimalisir pantulan cahaya matahari. Hal tersebut juga berhasil mengurangi terjadinya gangguan astronomi. 

  • Potensi Gangguan

Meskipun menghadirkan akomodasi network berkecepatan tinggi, namun faktanya timbul kekhawatiran atas hadirnya cara kerja Starlink. Hadirnya akomodasi network menerapkan sistem transponder ini sempat mendapatkan protes dari komunitas astronomi. 

Dari pantauan angkasa, tingkat kecerahan akan berpotensi mengganggu saat proses pengamatan langit pada malam hari. American Astronomical Society bahkan sempat merilis laporan pada Agustus 2020 lalu berkaitan dengan bentuk satelit Starlink. Terjadi diskusi yang melibatkan 250 ahli berlangsung di SATCON 1 mendiskusikan kekhawatiran tersebut. 

Pihak SpaceX memberikan tanggapan dan meyakinkan bahwa kekhawatiran tersebut tak perlu dirisaukan. Sebab, transponder telah terpasang pelindung berwarna hitam atau VisorSat. SpaceX mengklaim bahwa alat khusus untuk mengurangi kecerahan cahaya matahari. 

Hal tersebut hadir sesuai dengan permintaan dari tim SATCON1. Upaya penanggulangan dampak pantulan cahaya matahari tersebut juga bermaksud untuk mengurangi dampak pesawat ruang angkasa. Pengamatan DarkSat menguak fakta bahwa penanganan tersebut sudah berfungsi dengan baik. 

Bentuk satelit Starlink juga menimbulkan masalah lain, seperti sampah antariksa. Kekhawatiran tersebut cukup krusial, sebab sampah di antariksa akan menghadirkan risiko terhadap misi luar angkasa. Selain itu, desain dari transponder juga memerlukan regulasi yang cermat demi memastikan terciptanya keseimbangan manfaat serta dampaknya. 

  • Operator Seluler Mulai Panik 

Hadirnya Starlink rupanya memunculkan polemik tersendiri selain antusiasme dari beragam kalangan. Kontroversi hadir dari pemilik bisnis penyedia layanan internet. Layanan milik Elon Musk ini menghadirkan permasalahan terkait persaingan tak adil. Seolah-olah pemerintah Indonesia menggelar “karpet merah” untuk Starlink. 

Tidak hanya kekhawatiran bentuk satelit Starlink, muncul juga masalah protes dari pemain besar industri telekomunikasi. Telkomsel dan XL Axiata menyatakan sikap terbuka menginginkan pemerintah tidak memberi keistimewaan pada SpaceX. 

Kegamangan yang disampaikan oleh kedua provider tersebut bertujuan agar tidak terjadi persaingan berat sebelah. Polemik serupa juga disampaikan oleh pakar keamanan dunia maya. Jika pemerintah tidak mengontrol dengan terbuka dan tegas, maka campur tangan pihak asing tak bisa terhindarkan. 

Pakar keamanan-Pratama Persadha memberi saran agar penggunaan layanan network berbasis satelit tidak untuk sektor-sektor vital. Seyogyanya, untuk bidang kesehatan serta keamanan perbatasan menggunakan provider lokal. Jika pemerintah menggunakan provider milik asing, maka kontrol atas infrastruktur berkurang. 

Polemik pun masih terjadi berkaitan dengan NOC milik Starlink masih menggunakan milik AS. Padahal terdapat NOV lokal yang bermanfaat untuk memuluskan kerjasama pemerintah dengan SpaceX. 

Bentuk satelit Starlink memang menghadirkan beragam keuntungan. Namun, adanya protes dari pihak astronomi menandakan hadirnya akomodasi berbasis transponder ini masih menghadirkan kendala. Potensi gangguan dan keamanan infrastruktur masih menjadi permasalahan krusial yang harus memperoleh solusi.

M Zam

Leave a Comment