Belajar Arti Nasionalis dari Seorang Ricky Elson “Sang Putra Petir”

ricky elson

Sebagai salah satu negeri yang besar dan kaya akan potensi, rasanya sudah saatnya Indonesia berdiri sendiri sebagai produsen ragam temuan #teknologi. Apalagi Indonesia tidak kekurangan putra-putri bangsa yang cerdas dan berdedikasi bagi negeri sendiri. Salah satu sosok populer yang tengah menjadi bahan pembicaraan adalah sosok pria bernama Ricky Elson yang telah mengembangkan mobil listrik buatan Indonesia.

Namun miris, di tengah tekatnya dan pengorbanannya membangun negeri ini, yang di dapatkan Ricky hanyalah ketidak pastian dan pandangan miring lainnya. Namun apakah dia menyerah? Nampaknya tidak akan pernah.

Profil Singkat Ricky Elson

Ricky Elson adalah putra Minang kelahiran tahun 1980. Ricky muda yang tertarik dengan bidang teknologi menempuh #pendidikan tingginya di Jepang untuk bidang yang sama. Menetap selama 14 tahun di Jepang memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman bagi Ricky.

Selama menuntut ilmu hingga bekerja di Jepang, setidaknya sudah 14 penemuan Ricky di bidang teori motor listrik yang dipatenkan di Jepang. Perusahaan Jepang sangat bangga akan pencapaian Ricky dan hal ini juga membuat karir Ricky di Jepang kian cemerlang. Dalam waktu yang tidak terlampau lama, ia sudah menduduki posisi tinggi serta beragam fasilitas yang lebih dari mencukupi.

Pria yang ahli di bidang listrik dan angin ini memang memiliki bakat yang luar biasa. Tak mengherankan bila bakatnya membuat Dahlan Iskan yang kala itu menjabat sebagai Menteri BUMN, memintanya untuk kembali ke Indonesia dan mengembangkan mobil listrik di negeri sendiri.

Kala itu, tak dipungkiri sempat terlintas rasa gamang di hati seorang Ricky untuk kembali ke bumi pertiwi. Namun bukan karna akan meninggalkan zona nyamannya di Jepang, yang membuatnya galau adalah akankah Indonesia dengan segala halnya siap menerima perubahan besar yang dimandatkan Dahlan padanya?

Artikel lain: Dahlan Iskan ~ Sosok Sederhana Pengusaha Sukses Dunia Media

Setelah Ricky Kembali Ke Indonesia

Panggilan jiwa untuk memajukan negerinya sendiri membawa Ricky untuk mengiyakan ajakan Dahlan Iskan. Ricky merelakan tenaga, karir yang cemerlang serta waktu berkumpul bersama keluarga untuk segera kembali ke Indonesia. Akhirnya pada tahun 2012, Ricky kembali ke Indonesia untuk menjalankan proyek mobil listrik asli buatan negeri sendiri.

Setelah kurang lebih 1 tahun mengembangkan teknologi mobil listrik di Indonesia, Ricky Elson bersama tim didukung Danet Suryatama yang kemudian berhasil menyelesaikan prototype mobil yang diberi nama Tucuxi. Namun apa mau dikata, setelah mobil karyanya tersebut jadi, izin layak jalan tak kunjung dikeluarkan oleh kementrian terkait. Ntah apa yang salah atau dipersalahkan, yang jelas seakan laju kaki Ricky saat itu sedang dihadang.

Kendati impian untuk melihat Tucuxi bisa melaju di jalan raya kandas, Ricky bersama Dahlan Iskan masih berupaya untuk menghadirkan teknologi mobil listrik lainnya. Kedua mobil berteknologi listrik tersebut diberi nama Selo untuk mobil tipe sport dan Gendhis untuk mobil mini bus.

Teknologi terbaru yang diusung pada Selo dan Gendhis berhasil membuat kedua jenis mobil ini dipamerkan pada ajang KTT APEC pada tahun 2013 di Bali. Sayangnya inovasi mutakhir buatan putra bangsa tersebut justru tak dihargai di negeri sendiri.

Mobil Selo yang memiliki kemiripan bentuk dengan Ferarri tersebut tak pernah mendapatkan tanda lulus uji emisi. Bahkan izin layak jalan yang diajukan oleh Ricky dan Dahlan Iskan pada Kementerian Riset dan Teknologi RI tidak pernah menemukan titik terang. Hal ini akhirnya membuat asa hampir roboh terhadap pengorbanan yang sudah ia lakukan selama 2 tahun di Indonesia. Sekali lagi usaha dan impian Ricky digembosi!

Sang Penemu itu Kini Hidup Sederhana Di Desa Terpencil

Selepas kegagalannya mengembangkan mobil listrik di Indonesia, Ricky Elson masih bertahan dan memilih menetap di sebuah desa kecil bernama Ciheras di kawasan Tasikmalaya. Ia hidup begitu sederhana, jauh dan kemewahan yang selama ini ia dapatkan ketika bekerja di Jepang.

Di Ciheras, Ricky membimbing beberapa orang mahasiswa dan murid lainnya untuk belajar mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin. Meskipun terkesan sangat timpang dengan pengembangan mobil listrik yang pernah ia kerjakan, namun hal tersebut dirasa lebih berguna bagi kemajuan desa-desa di Indonesia yang masih tertinggal. Sesekali Ricky masih mengungkapkan perasaan kecewanya dan harapannya bagi keterbukaan pemerintah akan pengembangan teknologi baru di negeri sendiri.

Kemampuan Ricky yang dijuluki “putra petir” ini memang tak perlu diragukan lagi. Bahkan kepiawaiannya di bidang kelistrikan dan teknologi angin membuat perusahaan tempat ia bekerja di Jepang enggan memecatnya.

Baca juga: Susi Pudjiastuti ~ Lulusan SMP yang Sukses Berbisnis Maskapai Penerbangan

Cuti panjang yang diberikan selama 3 tahun itu masih memberikan kesempatan bagi Ricky untuk kembali ke Jepang. Sebab ternyata ide-ide cemerlang dan inovasinya jauh lebih dinantikan oleh Jepang ketimbang negeri sendiri.

Ricky Elson mungkin bingung memilih antara panggilan hati atau kehidupan nyaman yang akan ia peroleh saat kembali ke Jepang. Namun satu hal yang pasti kita pahami, bahwa negeri ini sudah seharusnya mulai belajar menghargai dan mendukung prestasi putra-putri bangsanya. Jangan sampai ada “Ricky Elson lainnya” yang kembali diacuhkan prestasi dan pencapaiannya di masa depan. Maju terus, Indonesiaku!

M Majid

Mochamad Majid adalah content writer sekaligus editor di Maxmanroe.com. Menyukai dunia digital media dan fotografi.

3 thoughts on “Belajar Arti Nasionalis dari Seorang Ricky Elson “Sang Putra Petir””

  1. Itu semua karena kita masih dijajah oleh asing…lewat penghianat negeri ini lah izin kelaikan jalan dan ijin lolos emisi tidak dikeluarkan,, khawatir Indonesia bisa membuat sendiri kendaraan listrik dan itu merugikan negara2 produsen otomotif yg sdh eksis

    Reply
  2. Kalau anda punya kemampuan dan ingin menyumbangkan kemampuan itu untuk indonesia cukuplah dengan niat saja, insya’allah dapat 1 pahala, gak usah bebeneran tar jadi sakit hati. Pemimpin indonesia yg bisa menghargai karya anak bangsa baru Soekarno dan Soeharto, tapi kan keduanya sdh almarhum. Mending berkarya saja di negara yg mau menghargai orang. Cukuplah indonesia dapat nama saja, gaj perlu hasil

    Reply
  3. Kalau membaca artikel diatas, bikin kesal juga, ada apa dengan menterinya, kok terhenti, benar juga tidak transparan, harusnya ada alasannya dengan terhentinya ijin tersebut.

    Reply

Leave a Comment