Aaron Levie ~ Sang Founder Box, Drop Out Kuliah Hingga Sukses Menjadi Triliuner Di Usia 30 Tahun

Advertisement-Scroll to Continue
Aaron Levie
Image dari Bloomberg.com

Tidak ada orang yang bisa menebak jalan hidup orang lain akan berjalan seperti apa. Mungkin untuk sebagian orang memiliki pendidikan tinggi dan juga didukung dengan kondisi lingkungan yang memadai, menjadi syarat penting untuk bisa meraih kesuksesan luar biasa. Namun seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa kita tidak bisa menebak dengan pasti apa yang akan terjadi pada karir seseorang di kemudian hari.

Sebagai bukti, ada seorang mahasiswa drop out yang dengan segala keterbatasannya mencoba untuk membuktikan bahwa dirinya bisa mengembangkan diri bahkan mencapai kesuksesan besar dengan caranya sendiri. Ia adalah Aaron Levie yang saat ini dikenal sebagai CEO Perusahaan Box, layanan penyimpanan data digital berbasis komputasi awan.

Nyatanya sebelum mencapai kesuksesan seperti saat ini, ia pernah berada pada kondisi yang sangat dilematis. Namun dengan keberanian untuk keluar dari zona aman, pria berambut ikal ini berhasil membuktikan eksistensi diri bahkan menyabet gelar triliuner muda di usia 30 tahun. Selengkapnya tentang kisah Aaron Levie, bisa rekan-rekan simak pada berikut ini.

Awal Karir Aaron Levie Membangun Box

Aaron Levie lahir pada tanggal 27 Desember 1985, dibesarkan di kawasan pinggiran kota yakni Mercer Island, California, ia tumbuh menjadi sosok yang mempunyai ketertarikan pada dunia #teknologi sejak masih belia.

Dan langkah besar diambil ketika ia lulus dari Mercer Island High School, lalu melanjutkan #pendidikan di University of Southern California. Di sinilah panggilan jiwa Levie untuk mengembangkan perusahaan teknologi mandiri mulai timbul. Tepatnya di tahun 2004, kala itu Ia mendapatkan tugas kuliah tentang perkembangan penyimpanan data digital di beberapa perusahaan besar. Dari situ ia menangkap adanya peluang bisnis untuk menyediakan layanan penyimpanan data pada komputasi awan atau yang sering disebut cloud storage.

Setelah itu ia mulai berpikir untuk menggali lebih dalam potensi bisnis yang berhasil ia tangkap tersebut. Ia menelpon puluhan perusahaan dan organisasi untuk menanyakan bagaimana mereka menyimpan data digital. Dari situ keyakinan Levie semakin tinggi akan inovasi bisnis yang ia ingin bangun.

Artikel lain: Dave Morin, Pendiri Path Dengan Segudang Pengalaman di Dunia Hi-Tech

Setelah berpikir masak-masak, bersama seorang rekan yakni Dylan Smith, mereka berdua mulai mengembangkan konsep pelayanan penyimpanan awan yang menyasar target perusahaan dan organisasi di kawasan Amerika. Tepatnya di tahun 2005, layanan Box pertama kali tercetus dan mulai membuka usaha.

Drop Out Kuliah Dan Berbagai Tantangan Bisnis

Masih di tahun yang sama yakni tahun 2005, keputusan penting diambil oleh Levie dengan cuti dari universitas untuk fokus menggarap bisnis Box. Dari kantor awal yang ada di Mercer Island, untuk membawa perusahaan Box naik ke tingkat yang lebih tinggi mereka memindahkan kantor di Berkeley California. Dari situ perjalanan Levie yang resmi menyandang “gelar” drop out, penuh dengan tantangan. Di tahun 2007, layanan jasa penyimpanan awan sudah mulai banyak dikembangkan oleh perusahaan lain.

Bagi perusahaan Box, hal ini tentunya menjadi tantangan sekaligus ancaman keberlangsungan bisnis mereka. Namun berkat kerjasama yang apik dan juga kerja keras untuk membangun inovasi layanan penyimpanan data digital yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, perlahan Box terus dipercaya oleh para kliennya yang mayoritas perusahaan besar di Amerika.

Perkembangan Layanan Box

Di tahun 2012, Box mulai menjalankan ekspansi bisnis ke wilayah lain yakni di benua Eropa. Tak cukup di sana, layanan Box terus mengalami perkembangan hingga “menjajah” hampir seluruh wilayah di dunia. Kini para pengguna layanan Box, sudah tersebar dan berhasil menjadikan perusahaan ini sebagai salah satu pilihan utama jasa penyimpanan data berbasis komputasi awan.

Dari situ pencapaian sang founder Aaron Levie dalam hal finansial tentunya juga ikut terdongkrak naik. Dalam taksiran beberapa situs ekonomi dunia, kekayaan dari Levie sudah mencapai lebih dari USD 100 juta atau sekitar Rp 1,3 Triliun kurs saat ini.

Baca juga: Kevin Systrom ~ Pendiri Instagram, Aplikasi Photo Sharing Terpopuler Di Dunia

Namun yang menarik dari sosok Aaron Levie adalah dia masih terus mempertahankan gaya hidup sederhana yang ia lakoni sejak masa berjuang dulu. Bersama mobil sedan keluaran lama yang sudah menemani sejak ia berkuliah, Levie terlihat lebih nyaman menyantap menu makanan di restoran cepat saji. Bahkan kabarnya, satu-satunya barang yang tergolong mewah yang ia miliki adalah sebuah perangkat #iPhone yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari.

Kerja keras yang dibalut dengan keyakinan tinggi akan mencapai kesuksesan, menjadi senjata utama seorang Aaron Levie hingga berhasil mencapai posisinya saat ini. Serta didukung dengan gaya hidup yang tetap sederhana meskipun bergelimang harta, menjadi pelajaran hidup tambahan yang bisa kita jadikan panutan.

Advertisement
M Majid

Mochamad Majid adalah content writer sekaligus editor di Maxmanroe.com. Menyukai dunia digital media dan fotografi.

Leave a Comment