Bagi Pasutri Sederhana Ini, Tak Perlu Menunggu Kaya Untuk Beramal

Advertisement - Scroll to Continue
Image dari Merdeka.com
Image dari Merdeka.com

Kemampuan finansial yang melimpah bukan jaminan bagi seseorang untuk memiliki kebesaran hati. Banyak di antara kita justru mereka dengan harta yang seadanya berbesar hati dan rela membantu kepada sesama. Memang ada sebagian dari kita yang akan beramal menunggu terlebih dahulu untuk menjadi kaya. Namun tidak demikian bagi pasangan suami istri Joko Mulyanto dan Tatik Musyarofah ini, dengan penghasilan yang tidak besar, mereka justru mampu menampung dan merawat anak yatim di rumahnya.

Joko Mulyanto dan Tatik Musyarofah menampung 27 anak yatim di rumahnya dan salah satunya menderita Carebral Palsy. Joko dan Tatik menjadi orang tua asuh bagi ke 27 anak yatim tersebut. Sungguh mulia memang apa yang dilakukan oleh kedua pasangan suami istri tersebut. Lalu bagaimana mereka merawat dan mendidik anak asuhnya? Simak kisah inspiratif ini selengkapnya.

Berawal Karena Imbas Krisis Moneter 1998

Menurut Tati Musyarofah, awal mula ia dan suaminya merawat anak-anak yatim adalah ketika sekitar tahun 2002. Kala itu imbas krisis tahun 1998 begitu dahsyat menghempaskan ekonomi kebanyakan masyarakat Indonesia.

Pada waktu itu banyak orang tidak mampu semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Sehingga keadaan kehidupan pun juga semakin berat. Nah, dari situ Tatit yang saat itu masih bekerja melihat keadaan sulit seorang pencuci baju di rumahnya. Ia kemudian menawarkan untuk memberikan bantuan kepada pencuci baju tersebut untuk mengasuh anaknya. Dari situ kemudian muncul beberapa anak lain yang membutuhkan pertolongan darinya.

Artikel lain: Luar Biasa, Pak Guru Untung Tetap Mengajar Meski Tanpa Lengan

Dari waktu ke waktu kemudian semakin banyak dan bertambah. Joko mengaku tidak ingin menolak kehadiran beberapa anak tersebut, karena ia yakin bahwa setiap anak yang datang kepadanya pasti sudah diberikan rezekinya masing-masing. Prinsip inilah yang dipegang Tatik dan Joko dalam setiap jengkal langkahnya, sehingga ia yakin mereka anak-anak terlantar itu tidak akan kekurangan di bawah asuhan mereka.

Banting Tulang Menjadi Sopir Untuk Penuhi Kebutuhan Anak

Karena anak asuhnya semakin bertambah sampai 15 orang anak saat itu, Joko kemudian bergerak lebih cepat dalam bekerja. Ia banting tulang menjadi seorang sopir untuk menghidupi anak-anak mereka. Tak tanggung-tanggung, Joko bekerja menjadi seorang sopir di tiga tempat yang berbeda demi untuk mencukupi kebutuhan hidup dari anak-anak asuh mereka. Saat itu Joko adalah seorang sopir antar jemput sekolah, bahkan untuk menutupi biaya sekolah anak-anak mereka, Joko kerja sampai malam hari. Joko menjadi sopir antar jemput grup musik di kelab malam.

Waktu istirahat pun hampir tidak dimiliki Joko di setiap harinya. Jika malam, Joko bekerja dari jam 10 sampai pagi jam 4 dini hari. Kemudian tidur sekitar satu jam, jam 5 berangkat bekerja lagi mengantar anak TK, kemudian pulang jam 12. Tidak berhenti begitu saja, pekerjaannya dilanjutkan lagi jam 1 dengan antar-jemput anak-anak SMP. Begitu terus bertahun-tahun ritme pekerjaan Joko Mulyanto dalam rangka memenuhi kebutuhan anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya.

Membangun Tempat yang Lebih Besar

Pada awalnya Joko dan Titik hanya menerima anak perempuan saja. Namun semakin hari ternyata ada juga anak laki-laki yang terlantar yang membutuhkan bantuan dari mereka. pasangan suami istri ini pun tidak tega untuk menolaknya. Akhirnya anak-anak laki-laki tersebut diterimanya untuk tinggal di rumahnya.

Namun kemudian masalah muncul, karena tentunya anak laki-laki tidak boleh tinggal dalam ruang yang sama dengan anak perempuan sedangkan rumahnya sudah semakin sempit dan tidak bisa menampung mereka. Akhirnya pada tahun 2010 Joko dan Titik memutuskan untuk pindah rumah dan bertekad membangun tempat yang lebih besar bagi mereka. Namun demikian, dengan keadaan penghasilan yang pas-pasan, tidak mudah bagi Tatik dan suaminya untuk mewujudkan niat mereka membangun rumah yang lebih besar.

Baca juga: Mengharukan! Meski Tak Punya Tangan, Pria Ini Tetap Rawat Ibunya Yang Sakit

Saat itu modal yang dipunyai Joko dan Tatik adalah pekerjaan dari sopir dan sedikit tabungan yang mereka miliki. Untuk memperolah penghasilan yang lebih besar, Joko kemudian pindah kerja dan menjadi sopir di sebuah rumah produksi.

Dengan bekerja keras, akhirnya bangunan lebih besar bisa berdiri dan menampung anak-anak asuh mereka. Saat ini anak yang mereka asuh mencapai 27 anak, dan yang melegakan adalah panti asuhan yang didirikan Joko tersebut akhirnya terdaftar resmi di Kementerian Hukum dan HAM serta Dinas Sosial pada tahun 2011 yang lalu.

Advertisement
Tasbihul Mamnun

Tasbihul Mamnun adalah content writer di Maxmanroe.com. Aktif di dunia pendidikan dan hobi mengeksplorasi informasi di internet, terutama yang berhubungan dengan digital media.

Leave a Comment