Dewi Tanjung Sari ~ Menyulap Limbah Menjadi Keuntungan Miliaran Rupiah

Advertisement - Scroll to Continue
Image dari ycpa-info.com
Image dari ycpa-info.com

Dalam dunia bisnis, memiliki modal kreatifitas adalah sesuatu yang sangat berharga. Bahkan itu bisa lebih berharga dari sekedar modal finansial. Terbukti ada banyak sekali pengusaha sukses yang berawal dengan modal yang sangat minim, namun dengan kreatifitasnya, mereka berhasil menjadi seorang pengusaha yang sukses.

Usaha kreatif tampaknya jauh lebih bisa bertahan dalam menghadapi segala bentuk masalah yang ada. Dewi Tanjung Sari adalah satu dari sekian banyak pengusaha sukses yang berangkat dari kreatifitas meskipun hanya memiliki sedikit modal.

Latar belakang kehidupan keluarga yang sangat sederhana tidak membuatnya berkecil hati untuk terus berjuan meraih cita-citanya untuk menjadi pengusaha sukses. Keadaan semakin sulit bagi keluarga Dewi Tunjung Sari ketika sang Ayah meninggal ketika Dewi masih bayi. Kebutuhan keluarga semakin tinggi sedangkan sang Ayah sudah tidak ada, jadilah ibu Dewi yang bekerja. Ibu Dewi bekerja menjadi pembantu rumah tangga demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Bisnis Berawal Dari Keinginan Membahagiakan Ibu

Dengan kondisi keuangan dan ekonomi keluarga yang begitu menyedihkan, Dewi selalu memiliki keinginan yang tinggi untuk membahagiakan Ibunya kelak. Sebagai seorang anak yatim sejak kecil, Dewi pun tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan tidak mudah menyerah.

Ia setiap hari membantu Ibunya membuka warung dan berjualan kecil-kecilan untuk menopang biaya kuliahnya. Saat itu, pada tahun 2003 Dewi Tanjung Sari mengambil Diploma di Universitas Brawijaya. Meskipun keadaan yang terbilang sulit, namun Dewi teteap berjuang dan berusaha untuk tetap kuliah.

Nah, saat kuliah tersebutlah Dewi mulai mempunyai inisiatif untuk berkreasi menggunakan daun-daun kering. Ia mulai mengambil daun kering yang berjatuhan di halaman kampus untuk ia jadikan bahan kerajinan. Dari daun yang ia punguti di halaman kampusnya tersebut, lalu kemudian ia proses untuk dijadikan sebuah karya kerajinan tangan yang bernilai.

Artikel lain: Titik Winarti ~ Pemilik Tiara Handycraft yang Meraih Sukses Bersama Para Difabel

Ia bisa membuat daun karing menjadi pigura foto, kotak pensil, undangan dan kreasi kerajinan yang lain. Dengan modal Rp. 50.000 ia berhasil membuat beberapa kreasi yang kemudian ia jual pada rekan sekampusnya. Bahkan suatu ketika produk buatan Dewi habis terjual di ajang pameran kerajinan di kampusnya.

Usaha Bisnis Mulai Berkembang

Singkat cerita, pada tahun 2005 usaha Dewi berkembang begitu pesat. Ini berawal dari pertemuannya dengan seorang exportir barang kerajinan yang berasal dari limbah. Alhasil Dewi pun mendapaatkan pesanan yang cukup banyak yang membuatnya tidak mampu menanganinya sendiri.

Dari sinilah kemudian ia merekrut 16 karyawan untuk membantunya yang sebagian lepas adalah tetangganya sendiri. Dari sini Dewi mulai bisa mengembangkan bisnisnya dan bahkan produknya bisa menembus pasar internasional. Australia, Malaysia, Hongkong dan bahkan sampai Jerman juga pernah ia mengirim ke sana. Omzet yang ia dapatkan dari menjalnkan bisnis ini mencapai puluhan juta kala itu.

Namun sayang, dikala usaha mulai berkembang begitu pesat, badai krisis global menerjang pada tahun 2009. Perusahan ekspor yang menjalin kerjasama dengan Dewi pun juga turut terkena imbasnya. Perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan sehingga menghentikan kegiatan ekspor mereka. Keadaan ini sempat membuat Dewi goyah dalam mengembangkan usaha souvenirnya. Namun dengan sisa-sisa tekad yang kuat, Dewi pun berusaha tetap menjalankan bisnis nya namun dengan menata ulang dan membuat strategi baru.

Strategi Mengangkat Bisnis Dari Keterpurukan

Dengan keadaan yan serba sulit kala itu, Dewi berusaha mengubah strategi bisnis untuk bisa menghadapi krisis. Ia berpandangan bahwa bisnis yang ia jalankan masih memiliki potensi yang luar biasa untuk terus dikembangkan. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk menjadikan bisnis souvenir yang ia jalankan menjadi sebuah franchise.

Dengan model bisnis kemitraan seperti ini, bisnis tetap mampu berjalan dan bahkan semakin mengalami perkembangan yang signifikan. Untuk mendapatkan lisensi kemitraan ini, harga lisensi yang harus dibayarkan oleh calon mitra saat itu adalah Rp 60 juta dan Rp 90 juta. Nilai itu para mitra mendapatkan kontrak selama tiga tahun dan juga akan memperoleh desain-desain baru dari ipernik-pernik pernikahan yang dijual.

Baca juga: Marlin Sugama ~ Pengusaha Wanita Sukses Kembangkan Studio Animasi Ternama

Nah, sistem franchise ini ternyata begitu menarik dan membuat masyarakat melirik usaha souvenir ini. Sebagian mitranya adalah dulunya sebagai pelanggan tetap dari Dewi sendiri. Saat ini mitra dari De Tanjung, nama usaha yang dibangun Dewi sendiri tersebar di berbagai daerah.  Mulai dari Malang, Bontang, Palu, Bekasi, Cirebon dan bahkan sampai dai Papua pun juga ada.

Omzet yang bisa didapatkan Dewi juga mengalami kenaikan yang sangat luar biasa. Pada tahun 2008 tercatat ia berhasil meraih omzet Rp. 650 juta, kemudian tahun berikutnya meningkat menjadi Rp. 935 juta. Bahkan pada tahun 2010 ia berhasil meraup omzet sebesar Rp. 1,1 miliar yang mampu mendatangkan keuntungan bersih sebesar Rp. 273 juta rupiah.

Advertisement
Tasbihul Mamnun

Tasbihul Mamnun adalah content writer di Maxmanroe.com. Aktif di dunia pendidikan dan hobi mengeksplorasi informasi di internet, terutama yang berhubungan dengan digital media.

Leave a Comment