advertise-scroll to continue

Sering Manfaatkan Layanannya, Donald Trump Justru “Anak Tirikan” Twitter

Donald Trump Twitter
Image dari Infowars.com

Seperti diketahui bersama, event pemilihan presiden Amerika Serikat ke-45 sudah usai. Yang menjadi jawara untuk memperebutkan tahta orang nomor satu Amerika tersebut adalah Donald Trump.

Dari kemenangan tersebut, banyak pihak yang menyatakan bahwa keberhasilan Donald Trump tidak lepas dari bagaimana dirinya memanfaatkan #media sosial. Salah satunya tentu akun Twitter miliknya.

Trump seringkali memanfaatkan akun Twitter pribadi untuk menuliskan beragam hal atau pemikirannya. Bahkan menurut catatan pribadi perusahaan Twitter, taipan bisnis properti tersebut termasuk cukup rajin nge-tweet dibanding penggiat politik lain.

Artikel lain: Lebih Kooperatif, Twitter Siap Patuhi Aturan Pajak Indonesia. Akhirnya!

Namun yang menarik, meski secara tidak langsung Twitter menjadi media yang membantu kemenangan Donald Trump, ia justru seakan menganaktirikan Twitter dengan tidak mengundang petinggi media sosial tersebut pada acara khusus dalam konferensi teknologi di New York Amerika Serikat beberapa waktu lalu.

Dihadiri Petinggi Perusahaan Besar

Dalam konferensi yang di selenggarakan oleh Donald Trump ini, beberapa nama dari perusahaan teknologi besar turut ambil bagian antara lain CEO Alphabet Larry Page, COO Facebook Sheryl Sandberg, CEO Microsoft Satya Nadella dan CEO SpaceX dan Tesla Elon Musk. Namun jika dilihat kembali, salah satu nama besar lain yang absen dalam daftar tersebut adalah, CEO twitter Jack Dorsey.

Padahal, sebelumnya CEO #Twitter, Jack Dorsey sempat menyatakan pendapatnya tentang bagaimana Donald Trump memanfaatkan platform media online besutannya tersebut. Trump dinilai sangat sering menggunakan Twitter untuk melakukan upaya kampanye serta mendapat dukungan dari masyarakat.

Menanggapi hal tersebut, Jack sebenarnya mempunyai pandangan positif karena Twitter mampu menjadi media yang dapat menjembatani pengguna dengan informasi terkini dan juga bersifat langsung dari sumbernya. Terlebih jika, yang memanfaatkan fasilitas tersebut adalah presiden terpilih Amerika Serikat, bukan tidak mungkin efeknya akan jauh lebih besar lagi.

Alasan Tidak Diundangnya Twitter

Banyak spekulasi yang beredar tentang alasan mengapa presiden Amerika terpilih Donald Trump, tidak mengundang pihak Twitter untuk menghadiri konferensi teknologi yang diadakan oleh Trump beberapa waktu lalu. Padahal, konferensi tersebut menghadirkan mayoritas petinggi dari perusahaan teknologi yang ada di kawasan Silicon Valley.

Spekulasi yang pertama adalah, kabarnya beberapa waktu yang lalu, sebelum diadakan konferensi, Jack Dorsey tempat mengadakan sesi wawancara dengan seorang hacker kenamaan Edward Snowden. Seperti diketahui bersama, Edward Snowden merupakan mantan intelijen Amerika yang akhirnya membelot Rusia. Akibat itulah, Edward Snowden menjadi salah satu musuh terbesar Amerika.

Disinyalir, akibat wawancara yang dirilis resmi melalui layanan video Periskop ini, Twitter tidak dimasukkan dalam daftar peserta konferensi teknologi.

Selain alasan tersebut, ternyata ada alasan lain yang juga membuat Twitter tidak dilirik oleh Trump. Dalam keterangannya, Trump pernah menyebut bahwa perusahaan media sosial Twitter bukankah perusahaan yang cukup besar untuk mampu menjadi bagian dari konferensi teknologi tersebut.

Namun beberapa waktu sebelumnya, pihak Twitter yang diwakili oleh seorang juru bicara menyampaikan bahwa, adanya wacana penutupan akun Twitter milik Donald Trump. Hal ini dikarenakan, Donald Trump cukup sering mengirimkan konten tweet yang bernada SARA pada akun pribadinya.

Pihak Twitter menyatakan, akan terus berupaya untuk menjaga layanan media sosialnya dari hal-hal yang dianggap mampu menimbulkan kontroversi. Bahkan jika tindakan tersebut dilakukan oleh orang yang mempunyai jabatan, tidak akan memberikan keleluasaan khusus bagi mereka.

“Twitter jelas memiliki aturan yang melarang ancaman kekerasan, pelecehan, ujaran kebencian, serta penyalahgunaan akun. Kami pasti akan bertindak bila menemukan akun yang melanggar aturan tersebut,” ujar juru bicara itu.

Dari situlah, kemudian muncul pemikiran bahwa Trump tidak ingin mengikutsertakan Twitter karena tidak memiliki satu pandangan yang sama. Berbeda dengan media sosial Facebook, layanan milik Mark Zuckerberg ini justru tidak menerapkan peraturan tentang pelanggaran konten, khusus untuk presiden Amerika Serikat terpilih tersebut.

Baca juga: “Lepas” Dari Twitter, Investor Ini Mengaku Hidupnya Terasa Lebih Ringan

Meskipun dalam posting di akun pribadi Facebook milik Trump, seringkali menyuarakan diskriminasi religius ataupun ras, hal tersebut tidak lantas mendapat “sensor” dari lihat Facebook.

“Tujuan utama kami adalah menjadi cermin yang memantulkan harapan komunitas. Kami sempat berpikir konten seperti itu akan membuat banyak orang tidak nyaman dan mereka pun tidak menginginkannya,” ujar Mark mengungkap alasan di balik keputusannya.

“Namun jika pernyataan itu datang dari seseorang Presiden AS dengan 60 juta orang yang followers, maka perlu ditanggapi dengan berhati-hati. Tidak bisa serta-merta disebut tidak adil,” imbuh Zuckerberg.

M Majid

Mochamad Majid adalah content writer sekaligus editor di Maxmanroe.com. Menyukai dunia digital media dan fotografi.

Leave a Comment