Seberapa Banyak Mimpi Anda ‘Dicuri’ Orang? To Be or Not To Be, Bagian 2

Advertisement-Scroll to Continue

Berapa-Banyak-Mimpi-Anda-Dicuri-Orang-part2

Kebodohan #2. Jangkrik!

Satu kata diatas memang menunjukkan nama serangga yang mayoritas dari kita mengenalnya. Tahu kan? Sebenarnya dalam hati saya sedikit mengumpat dengan kata yang sama. Jangkrik! Mengumpat kebodohan ke #2 saya. Kala itu burung kicauan marak di kota kecil internasional tempat tinggal saya ini. Pelajaran luar biasa dari Universitas Kehidupan menyaksikan betapa seekor murai batu, atau Hwa Bie, apalagi cucak rowo sang primadona abadi burung kicauan bisa laku terjual dengan harga yang ‘gile bener’.

Puluhan juta Rupiah masih termasuk kelas pemain standar dalam ajang bergengsi. Kalau sudah bunyi ratusan juta Rupiah itu baru pemain burung kicau sejati katanya. Sudah sempat saya saksikan sendiri BPKB mobil terkini saat itu pindah tangan on the spot ditukar dengan sangkar burung besar beserta penghuninya. Plus piala Juara I nya, on the spot, di TKP, saat itu juga.

Kegemaran dan hiburan saya di hari Minggu adalah dolan ke pasar burung ternama dekat rumah tempat saya tinggal. Nah inilah kebodohan yang masih sesekali saya umpat jika teringat. Seingat saya sempat cukup lama sesuatu yang bernama jangkrik pakan burung kicau kosong di pasar burung tersebut. Benar-benar tidak ada barang. Kiriman dari pulau seberang belum tiba kata Pak Bodong langganan saya.

Terbersit ide cemerlang, saya lanjut dolan ke rumah kawan yang saya tahu persis bertangan dingin dalam bidang bercocok tanam dan beternak hewan. “Itu sangat bisa, saya sudah pernah melakukan” katanya. Beternak jangkrik,  modalnya hanya wadah terbaiknya berupa akuarium kaca, pasir, kulit jagung dan tempat telor ayam untuk rumah si jangkrik. Sekali bertelur bisa RIBUAN butir dari sepasang indukan kata teman saya itu.

Glek! Built in calculator dalam otak saya seketika berkelip-kelip warna hijau digital. Bau duit kali ya. Di pasar burung per 10 ekor Rp 2.000,- . Kalau 2.000 ekor saja menetas maka 2.000 : 10 x Rp 2.000,- = 200 x Rp 2.000,- = Rp 400.000,- Kalau saya mampu memproduksi 20.000 ekor saja perbulan = Rp 4.000.000,- dong? Harga Honda Bebek baru saat itu ya baru segitu-gitu juga. Rp 3.750.000,- tepatnya seingat saya. Lho lho lho ….

Artikel lain: Pengusaha Bermental Wani Piro, Apakah Anda Termasuk?

Kebodohan #3 = Dosa Terbesar Dalam Hidup Saya Kali Ini

Guitar!

Pada saat menginjak tanah pulau kecil internasional ini untuk pertama kalinya, seketika pandangan saya tak pernah lepas dari sedemikian hebatnya benda yang bernama kayu bisa diukir menjadi demikian indah dan artistik. Built in digital calculator warna hijau dalam otak saya seketika berkelip-kelip. Sensor bau duit On. Apalah daya seorang anak muda pada saat itu yang hanya menyandang sebuah tas isi 2-3 potong pakaian mencari kerja ke kota kecil internasional ini.

Entah berapa sering saya memimpikan untuk memiliki workshop hand made guitar. Dengan kehebatan para empu ukir kayu di pulau internasional ini, seharusnya bisa terwujud mimpi saya itu. Pada saat itu yang mengganjal mimpi saya adalah informasi tentang how to build a hand made guitar. Tidak segampang kalian-kalian sekarang ini tinggal klik klik klik Jin #Google muncul dengan seabreg informasi yang nyaris tidak ada yang tidak ada.

Lagi-lagi sang waktu menculasi mimpi-mimpi saya. Sekian puluh tahun berlalu dan – Oh Tuhan kenapa Kau jatuhkan cobaan seberat ini kepadaku? – tahu-tahu workshop hand made guitar itu sudah berdiri didekat rumah saya sekarang. Bertaraf internasional pula karena main officenya berada di Canada. Presiden SBY adalah pemegang salah satu guitar BB hand made dengan nama Susilo Bambang Yudhoyono terukir rapi artistik di bagian belakan leher guitar.

Entah bagaimana asal mula perjanjian antara Bapak WT dengan pemegang merek guitar BB tersebut sehingga berkantor pusat di Canada. BB adalah nama putri pemegang merek tersebut, demikian ujar Bapak WT pada saat akhirnya saya berkesempatan bertemu beliau di resepsi pernikahan teman kami. Nangis Bombai nangis Bombai dah. Oh Tuhan, seumur-umur saya menjadikan guitar sebagai kebutuhan hidup saya nomor dua setelah nomor satu Oksigen dan makan-minum, dan Kau timpakan ini semua kepadaku? What?

Anyway, Bapak WT entah bagaimana adalah transformasi dari angan-angan saya di kala muda itu. Persis sama. Dalam artian skenario cerita yang dia alami adalah kelanjutan dari mimpi saya. Seseorang musisi guitarist datang dari luar negeri kala itu akan perform disini. Datang bertangan kosong dalam artian tidak membawa guitar pusakanya sendiri layaknya tradisi seorang pro-musician. Dan dia benar-benar panik setelah last minute tahu bahwa tidak ada toko yang menyediakan guitar kaliber 12,7 di pulau kecil internasional ini.

Baca juga: Blessing In Disguise dan Internet Marketing, Ini Kisah Saya!

Dasar berotak digital calculator warna hijau pula rupanya dia tuh. Dia cancle show nya dengan membayar denda sangat banyak. Dia pergi ke salah satu toko musik dan membeli guitar terbaik yang ada di tempat itu, dibawa ke rumah Bapak WT, di OTOPSI. Ya, di otopsi, dibedah sampai ke tulang-tulangnya. Dia buka-kan rahasia alam semesta tentang how to build a hand made guitar itu. You see? Sempat saya menghujat dengan bertanya lagi apakah Tuhan memang adil?

To be continued (Baca Part 1, & Part 3)

Advertisement
Kontributor

Semua artikel yang dikirim oleh penulis tamu atau kontributor untuk Maxmanroe.com. Bila ingin artikel kamu tayang di Maxmanroe.com, silahkan kirim draftnya ke [email protected].

Leave a Comment