Retno Hastuti ~ Raup 30 Juta Tiap Bulan Dari Bisnis Kerajinan Limbah Pinus

Advertisement-Scroll to Continue
Retno Hastuti, Bisnis Kerajinan Limbah Pinus
Image dari Liputan6.com

Bagi sebagian orang mungkin limbah adalah sesuatu yang menjadi masalah. Namun ini tidak berlaku bagi Retno Hastuti. Limbah bagi Retno Hastuti justru menjadi sebuah #peluang bisnis yang begitu menjanjikan di matanya. Ya, limbah pinus yang tidak berguna dari pebrik pinus milik temannya, ia sulap menjadi suatu barang kerajinan yang berharga dan tentu saja memiliki nilai jual tinggi.

Namun sebelum mengenyam sukses seperti saat ini, ada perjalanan panjang dilalui oleh Retno Hastuti dalam menggeluti bisnis kerajinan tangan ini. Tentu tidak serta merta ia meraihnya tanpa ada usaha. Penasaran bagaimana kisah lengkapnya? Simak ulasan di bawah ini.

Ide Awal Bisnis Terinspirasi Keahlian Suami Dan Anak

Sebelum menjadi seorang pengusaha kerajinan tangan dari pinus, Retno Hastuti sebenarnya adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Wanita berusia 54 tahun yang berdomisili di Malang ini bersuamikan seorang dosen asitektur di sebuah universitas di Malang. Nah, ide awal untuk memulai bisnis ini sebenarnya muncul dari suami dan anaknya yang berlatar belakang arsitektur. Mereka sering menggambar berbagai macam bentuk hal.

Dari melihat keahlian suami dan anaknya tersebut, lantas membuat Retno Hastuti memiliki niat untuk memanfaatkan keahlian mereka untuk produk-produk yang dibuatnya. Ia berpikiran bahwa dalam menjalankan bisnis dengan menjual suatu produk, produk tersebut harus memiliki ciri khas tertentu dan tidak boleh sama dengan yang lain.

Akhirnya pada tahun 1992, mulailah ia membuka usaha bisnis kerajinan tangan tersebut. Saat itu, ia menuturkan bahwa ia memulai bisnis tersebut tanpa adanya modal. Ia hanya mengambil limbah pinus dari sisa olahan pabrik temannya.

Artikel lain: Ratna Miranti ~ Berawal Dari Kesalahan Kecil Kini Berbuah Kesuksesan Besar

Saat masih awal, semua produk dikerjakan sendiri bersama suami dan anaknya. Suami dan anakanya berperan sebagai desainer dari semua produk yang dipasarkan. Dalam waktu sebulan, Retno mampu menghasilkan ratusan jenis produk, mulai dari asesoris rumah tangga, media edukasi dan lain-lain.

Harganya pun juga variatif, mulai dari Rp 10 ribu sampai Rp 2,5 juta. Seiring bertumbuhnya bisnis yang ia kelola, lama-lama Retno pun tidak sanggup mengerjakan semua pesanan dari konsumen. Akhirnya ia mengambil tujuh orang sebagai karyawan untuk membantu pekerjaannya.

Hambatan Dalam Bisnis Menjadi Pengalaman yang Berharga

Meskipun saat ini bisnis yang dikelola Retno Hastuti terbilang sukses dan tumbuh besar, namun dalam perjalanannya bukannya tanpa hambatan. Bisnisnya hampir mengalami kebangkrutan pada tahun 1998.

Pada saat itu Indonesia mengalami krisis moneter yang sangat parah, sehingga bahan baku sepert cat mengalami perubahan harga yang sangat fluktuatif. Harga bahan baku yang tidak menentu, kadang ssangat mahal sekali, sedangkan orderan dari konsumen sudah pada harga yang disepakati. Kesulitan ini hampir membuat bisnis kerajinan pinus Retno gulung tikar.

Namun dengan perjuangan dan tekat yang kuat untuk tetap bertahan, perlahan bisnisnya pun kembali bisa bangkit dari keterpurukan. Orderan juga tetap berjalan. Saat ini, meski ekonomi sedang tidak bersahabat, tidak membuat Retno menjadi gelisah. Ia merasa aman saja karena dulu pernah mengalami yang lebih parah dari sekarang, malah menurutnya saat ini penjualannya semakin meningkat.

Baca juga: Valkrisda Caresti Botha ~ Hasilkan Jutaan Rupiah Dari Kreasi Limbah Kain

Strategi Pemasaran Melalui Internet Dan Pameran

Dalam memasarkan bisnisnya, ternyata Retno Hastuti tidak hanya menawarkannya melalui offline. Namun ia juga sudah memasarkan produknya dengan cara #promosi online. Salah satu cara promosi yang dipilih Retno adalah dengan membuat blog dan berpromosi melalui media sosial. Untuk media sosial, yang dipilih adalah facebook dan intagram. Mungkin karena lebih cocok dengan produk yang ia tawarkan karena mengutamakan sisi visualnya.

Nah, pemasaran melalui media online ini ternyata sangat bagus untuk perkembangan usahanya. Bahkan melalui media digital ini, kerajinan kayu yang ia beri nama GS4 Woodcraft omzetnya bisa terdongkrak sampai Rp 25 juta sampai Rp 30 juta per bulan.

Itu omzet untuk musim-musim biasa, untuk musim kawin biasanya akan lebih besar lagi. Selain itu pameran juga sangat membantu meningkatkan omzet prduknya. Karena dengan pameran produknya semakin populer dan bisa dikenali oleh masyarakat banyak.

Advertisement
Tasbihul Mamnun

Tasbihul Mamnun adalah content writer di Maxmanroe.com. Aktif di dunia pendidikan dan hobi mengeksplorasi informasi di internet, terutama yang berhubungan dengan digital media.

Leave a Comment