Pelajaran Penting Dibalik Tumbangnya Developer Game Agate Jogja

Advertisement-Scroll to Continue
Image dari Techinasia.com

Belum lama ini salah satu developer game yang sudah cukup dikenal di Indonesia yakni Agate Jogja, mengambil keputusan yang cukup mengejutkan. Lewat keputusan tersebut dengan berat hati, pengembang Agate Jogja resmi menutup operasional #developer game tersebut.

Dengan penghentian ini, nantinya yang tidak akan dilanjutkan adalah kerjasama antara co-founder Agate Jogja, Frida Dwi serta kegiatan operasional yang berada di kota Jogja. Sedangkan brand Agate Jogja sendiri akan tetap aktif dan dikembalikan pada pengembang pusat Agate Studio di Bandung.

Namun di balik itu semua, ada sebuah pelajaran yang bisa kita ambil. Utamanya bagi rekan-rekan yang mungkin berkecimpung di dunia industri game nasional.

Pentingnya Komposisi Tim

Disampaikan oleh co founder Agate Jogja, Frida Dwi, salah satu masalah yang dihadapi oleh dirinya ketika mengembangkan Agate Jogja adalah, kurang lengkapnya komposisi tim. Pria yang akrab di sapa Abe ini, mengaku bahwa kurangnya skill manajemen dalam tim membuat proses pemasaran dari game tidak berjalan maksimal dan cenderung stagnan.

Melanjutkan, Abe yakin bahwa potensi untuk mengembangkan industri game di Indonesia masih sangat cerah. Namun selain mempunyai talenta hebat dalam bidang coding serta desain game, perlu sosok lain yang juga memiliki kemampuan lebih di bidang pemasaran serta riset.

Artikel lain: Game Tegar, Kreasi Agate Jogja yang Kreatif, Lucu Nan Konyol

Meskipun game yang dihasilkan begitu luar biasa menarik, namun jika proses branding tidak dijalankan dengan baik, tentu hasilnya tidak akan maksimal juga.

“Kendala terbesar saya adalah skill management kurang mumpuni, kebetulan selama 5 tahun ini saya multihat, memegang manajemen dan produksi. Ini yang membuat perkembangan Agate Jogja stagnan, membuat kami (bersama Estu Galih) selaku Co-Founder Agate Jogja merasa tidak memiliki kemampuan membantu tim berkembang dengan baik.”

Industri Game Indonesia yang Sangat Dinamis

Dalam catatan angka, Indonesia memang menjadi salah satu negara yang memiliki pertumbuhan industri game cukup signifikan. Alasan yang pertama yakni pertumbuhan penggunaan perangkat mobile. Penggunaan perangkat mobile di Indonesia pun saat ini masih didominasi untuk keperluan hiburan terutama bermain game.

Tidak hanya game yang dikembangkan oleh developer luar, para pemain lokal pun juga bisa mendapatkan keuntungan jika berhasil memanfaatkan pasar game yang begitu luas.

Lalu apa permasalahannya?

Meski memiliki pangsa pasar potensial, namun para pemain game di Indonesia memiliki karakter yang cukup unik. Abe menyebut bahwa, konsumen mobil game di Indonesia sangat unik dan sulit untuk ditebak. Inilah alasan mengapa proses pembuatan game mungkin akan mencapai keberhasilan tinggi. Namun untuk bisa terus bertahan, permasalahannya tentu akan berbeda kembali.

“Saya pribadi rasakan adalah user mobile game Indonesia ini unik sekali, susah ditebak. Butuh banyak hal yang perlu dipelajari dari user mobile game kita.”

Melirik salah satu fenomena yang menarik, dimana pasar game mobile di Indonesia juga dipengaruhi oleh apa yang sedang menjadi trend. Para developer game lokal banyak memanfaatkannya untuk bisa mendapatkan perhatian konsumen. Contohnya saja, #game tahu bulat, Kanjeng Dimas, atau sederet game lain yang mengambil inspirasi dari tren masyarakat.

Industri Game Akan Terus Tumbuh

Agate Jogja dikenal sebagai salah satu studio game yang cukup disegani di Indonesia. Beberapa game yang telah dirilis juga bisa dibilang mampu menarik minat masyarakat. Namun karena satu dan lain pertimbangan, studio game tersebut harus ditutup.

Yang menarik adalah, para pemain utama di bali Agate Jogja seperti sang founder dan Estu Galih selaku Co-Founder Agate Jogja, mengaku tidak akan menghentikan langkah sampai disini saja. Setelah lepas dari brand Agate, dalam waktu dekat mereka berdua akan membuat kembali game meski dalam lingkup yang lebih kecil.

Baca juga: Nightspade ~ Developer Game dengan Segudang Prestasi Asal Tanah Pasundan

Mereka berdua mengaku, akan memulai semuanya dari awal kembali dengan formasi yang lebih kecil, yakni hanya 2 orang saja. Keuntungan memulai pengembangan game berdua, adalah lebih fleksibel serta tidak membutuhkan   koordinasi yang terlalu besar.

“Untuk saya sendiri saat ini tetap di game development, bersama co-founder saya kita mulai setup lagi tim kecil mulai dari awal lagi, hanya dua orang saja. Harapannya jauh lebih mudah mengelolanya. “

Advertisement
M Majid

Mochamad Majid adalah content writer sekaligus editor di Maxmanroe.com. Menyukai dunia digital media dan fotografi.

3 thoughts on “Pelajaran Penting Dibalik Tumbangnya Developer Game Agate Jogja”

  1. Bukan pemasarannya. Gamenya aja jelek kali
    . Jadi habis instal lalu dibuang. Game kalau bagus dipasarkan dikit aja sudah dipromosikan sendiri sama player/gamernya.. Dari mulut ke mulut kayak mlm.. Hahaa.. JIKA BUTUH TESTER DAN PENILAI GAME ATAU INGIN TAMBAHAN IDE. BISA HUBUNGI SAYA.

    Reply
  2. Apa karena efek kalah saing juga sama Gameloft di Jogja? Secara Gameloft udah paling dikenal developer game terbaik di PlayStore.

    Reply
  3. terlalu terpaku sama tren yg lagi ini jadi kaya berita, booming sesaat setelah itu hilang bak ditelan bumi

    Reply

Leave a Comment