advertise-scroll to continue

Akhir Perang Dingin, Microsoft Dan Linux Kini Kian Akrab Lewat Pengembangan Software Open Source

microsoft-linux
Image dari Cio.com

Bagi rekan-rekan yang terbiasa berurusan dengan dunia IT tentu sudah paham betul ada sebuah stereotip yang mengatakan bahwa Microsoft (Windows) dan Linux merupakan 2 bebuyutan yang tidak bisa disatukan karena sebuah alasan. Namun apakah itu benar sepenuhnya? Nampaknya, tidak untuk saat ini.

Perbedaan antara Windows dan Linux memang sangat terlihat ketika persaingan antara keduanya mulai muncul di era 2000an. Namun perlahan, ketika Microsoft sudah menemukan celah bagaimana tetap menjalankan bisnis di samping juga membuka diri untuk mengembangkan perangkat open source, akhirnya kedua basis perusahaan ini mampu menjalin kerjasama yang apik.

Linux Sempat Jadi “Kanker”nya Microsoft

Kembali pada tahun 2001, pada saat itu perusahaan Microsoft dipimpin oleh CEO Steve Ballmer. Dalam kepemimpinan Steve yang dimulai dari tahun 2000, bisa dikatakan sebagai salah satu momen terburuk perusahaan Microsoft. Bagaimana tidak, harga saham #Microsoft di pasaran sempat anjlok hampir 40% hingga akhirnya mampu kembali stabil ketika posisi CEO dilengserkan pada Satya Nadella.

Mengesampingkan kenyataan di atas, pada tahun 2001, Steve sempat terucap bahwa linux yang merupakan komunitas pengembang software open source, tak ubahnya seperti “kanker” bagi tubuh perusahaan Microsoft. Pernyataan tersebut, dilontarkan oleh Steve melihat kondisi dimana Microsoft yang merupakan pembuat software komersil tentu menginginkan bahwa semua software tersebut dapat dihargai alias terjual.

Artikel lain: Menilik Babak Baru Bisnis Ponsel Microsoft

Berseberangan dengan ide ini, Linux Foundation justru tampil sebagai sistem operasi yang menawarkan software open source alias dapat dikembangkan kembali oleh para developer secara bebas. Oleh karena itu, Steve berfikir bahwa nantinya Linux akan mematikan pasar software yang telah dirajai Microsoft selama beberapa tahun belakangan.

Perubahan Besar Di Tubuh Microsoft

Pada tahun 2014, posisi CEO Microsoft dipindahtangankan dari Steve Ballmer kepada Satya Nadella. Seketika itu pula, harapan besar ditorehkan oleh para dewan direksi untuk kembali mengangkat nama besar Microsoft dalam persaingan industri teknologi.

Salah satu ruh yang ingin dikembangkan oleh Satya Nadella adalah, tetap berupaya untuk mengembangkan brand bisnis namun juga  semakin membuka diri dengan harapan masyarakat luas. Tidak ingin menutup mata, pada kenyataannya masyarakat juga diuntungkan jika terdapat software yang bersifat open source.

Oleh karena itu, Satya Nadella mulai membuka kerjasama dalam bentuk dukungan untuk pengembangan sistem operasi Linux. Hal ini juga diakui oleh Direktur Eksekutif Linux Foundation, Jim Zemlin yang menyatakan Microsoft telah memberikan kontribusi besar untuk pengembangan komunitas open source dalam beberapa tahun belakangan.

Sebagai contohnya, beberapa software karya Microsoft PowerShell, Visual Studio Code, dan JavaScript browser Edge sudah disulap menjadi software open source sehingga dapat lebih berkembang secara umum. Belum lagi, Microsoft juga menjalin kerjasama dengan Canonical sebagai mitra pengembangan sistem operasi Ubuntu untuk Windows 10.

Dari ranah aplikasi mobile, langkah Microsoft ditunjukkan dengan mengakuisisi layanan Xamarin yang akhirnya diwujudkan untuk pengembangan aplikasi mobile khusus windows Phone. Pembuatan software development kit dari tools Xamarin juga disediakan secara bebas bagi para developer yang ingin mengembang aplikasi Windows Phone. Ini menjadi potensi besar untuk tumbuh bersama.

Masa perang urat syaraf, antara Linux dengan Microsoft nampaknya sudah berakhir. Bahkan, sang mantan CEO juga menarik kembali ucapannya yang menyebut bahwa Linux berpotensi memberi pengaruh buruk pada bisnis Microsoft.

Baca juga: Inilah 3 Prediksi yang Mungkin Terjadi Pasca Akuisisi Microsoft-Linkedin

Menurut Steve, saat ini Microsoft sudah jauh lebih stabil dalam hal pengelolaan bisnis. Kalaupun harus bersaing dengan software open source, Microsoft selalu punya cara untuk tetap mendapatkan pemasukan dan pengguna yang loyal. Inilah alasan mengapa, Linux bukan lagi menjadi ancaman pagi Microsoft.

Yang bisa kita pelajari adalah, bagaimana langkah Satya Nadella sebagai pemimpin baru Microsoft mampu mencari solusi terkait permasalahan yang ada. Solusi yang ditawarkan, adalah dengan membuka diri untuk berbagai hal baru yang memang dibutuhkan oleh konsumen. Hasilnya, kesuksesan luar biasa dan naiknya harga saham Microsoft yang mencapai 50% semenjak kepemimpinan CEO berdarah India tersebut.

M Majid

Mochamad Majid adalah content writer sekaligus editor di Maxmanroe.com. Menyukai dunia digital media dan fotografi.

2 thoughts on “Akhir Perang Dingin, Microsoft Dan Linux Kini Kian Akrab Lewat Pengembangan Software Open Source”

  1. Rupanya bukan cuma duo Korea yang biasa dengan namanya perang dingin,duo perusahaan raksasa IT juga sudah terbiasa dengan yang namanya perang dingin!

    Reply

Leave a Comment