Melirik Potensi Bisnis Hidroponik Di Kawasan Kudus

Advertisement - Scroll to Continue
bisnis hidroponik
Image dari Teruskan.com

Salah satu fakta tentang kondisi lingkungan yang tidak bisa ditampikan saat ini adalah semakin minimnya lahan hijau sebagai ekosistem penting penyangga lingkungan. Lahan hijau tersebut kini lebih banyak beralih fungsi menjadi pemukiman hingga pusat keramaian berupa bangunan-bangunan besar.

Hal ini juga memberikan dampak buruk terhadap perkembangan industri agri bisnis yang tentunya membutuhkan cukup banyak lahan hijau. Dengan minimnya lahan hijau utamanya di daerah kota besar, para pelaku industri agribisnis dituntut untuk berfikir lagi bagaimana mencari solusi pertanian yang lebih baik.

Bagi rekan-rekan yang mungkin sedang menghadapi masalah yang sama, salah satu bentuk solusi yang bisa kita gunakan adalah dengan bercocok tanam menggunakan sistem hidroponik. Teknologi terapan yang satu ini memang semakin banyak dilirik sebagai jawaban atas minimnya ketersediaan lahan tanam. Seperti yang telah dikembangkan di daerah Kudus jawa Tengah, kita bisa belajar bagaimana tren hidroponik benar-benar berkembang di daerah tersebut.

Perkembang Bisnis Hidroponik

Belum lama ini Komunitas Hidroponik Kudus (KHK) akhirnya bisa semakin terbantu berkat didirikannya cluster pertanian terpadu yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan skala bisnis dan juga pengembangan sistem pertanian hidroponik. Dengan bantuan dari Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kudus bersama Forum for Economic Development and Employment Promotion (FEDEP) Kabupaten Kudus akhirnya cluster pertanian terpadu Kudus dapat diaktifkan kembali setelah sebelumnya sempat terhenti pengembangan.

Dalam acara peresmian yang dilakukan akhir bulan April 2016 lalu, semua pihak berharap adanya fasilitas ini dapat membantu petani konvensional terutama yang menggerakkan sistem hidroponik dapat terkoordinir dengan lebih baik. Pun demikian dengan Komunitas Hidroponik Kudus yang menjadi roh penggerak perkembangan sistem pertanian alternatif ini, juga telah membentuk serangkaian pengurus untuk memfasilitasi para anggotanya.

Artikel lain: Ingin Menjalankan Bisnis Tanaman Hias? Inilah 4 Syarat Suksesnya 

Khusus membahas tentang KHK, komunitas ini memang sudah berdiri dan memayungi cukup banyak petani dan pelaku bisnis hidroponik di kawasan Kudus sejak beberapa tahun silam. Berawal dari penyaluran hobi hingga alternatif untuk tetap bercocok tanam dalam kondisi lahan terbatas, akhirnya komunitas ini dapat berkembang bahkan menjadi salah satu komunitas hidroponik paling pesat di Indonesia.

Disampaikan oleh Ketua FEDEP Kudus Ardi Muhayat Ridlo, pihaknya merasa bahwa apa yang dilakukan oleh KHK bisa menjadi inspirasi tidak hanya bagi para petani di kawasan lokal namun bahkan hingga ke seluruh Indonesia. Keuntungan dari nilai ekonomi dan juga dampak positif terkait masalah keterbatasan lahan nyatanya bisa di atasi dengan sistem hidroponik yang akhirnya saat ini telah mempunyai cluster mandiri.

“Mengetahui KHK dari facebook setengah tahun lalu, melihat kemandirian mereka luar biasa membangun jaringan dan usaha. Kemudian saya melapor ke BAPPEDA agar segera diresmikan, sekaligus bisa memantau dan membimbing para pelaku. Karena pangsa pasar di Kudus sangat potensial untuk sayuran hidroponik, tentunya membuka peluang usaha baru,” papar Ketua FEDEP Kudus.

Harapan Untuk Terus Berkembang

Yang menarik ternyata pihak Bappeda Kudus awalnya tidak terlalu tahu tentang perkembangan para komunitas dan pelaku bisnis hidroponik yang ada di wilayahnya tersebut. KHK yang telah berkembang begitu pesat, baru “tercium” oleh pihak Bappeda Kudus setelah proses pendirian cluster pertanian rampung digelar. Bahkan Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kudus, Gunadi mengaku merasa malu karena tidak bisa memfasilitasi KHK sejak awal berdiri.

Ia sangat mengapresiasi para petani hidroponik yang telah mengembangkan sistem rekayasa tanaman dan juga menyebarkan ilmu tersebut ke banyak sekali masyarakat utamanya yang tertarik dengan sistem hidroponik. Pengenalan tersebut juga termasuk jenis tanaman apa saja yang bisa dikembangkan dengan cara hidroponik. Ke depan pihaknya berjanji untuk terus mendukung UKM dalam bentuk pendampingan, pameran hingga pemasaran yang tentunya akan menguntungkan bagi para pelaku UKM hidroponik di Kudus.

“Kami bersama FEDEP selain memfasilitasi UMKM dalam bentuk pameran, pendampingan, dan pemasaran juga pembentukan cluster setiap bidang UKM. Bappeda memfasilitasi dan mendanai, karena ada dana dari provinsi yang harus disalurkan ke pihak yang tepat,” terangnya.

Baca juga: Masa Depan Cerah Dengan Bisnis Tanaman Hias

Hingga saat ini skala pertanian dan bisnis hidroponik di Kudus bisa dibilang sudah cukup besar. Bahkan dari pengalaman salah satu petani hidroponik, Deni Saputra mengaku telah merasakan manisnya berbisnis tani lahan sempit. Berawal dari coba-coba, dan terus mengembangkan pengetahuan, akhirnya ia yang menggarap hidroponik bersama sang kakak dapat meraup untung tak kurang dari Rp600.000 per bulan. Dengan modal sebesar Rp6 juta, pria yang menanam beberapa jenis tanaman serta sedang mencoba tanaman melon ini, bisa balik modal hanya dalam waktu 1 tahun.

Disampaikan oleh Ketua KHK, Nanang, berharap bahwa ke depan semua anggotanya bisa semakin memperluas skala bisnis hidroponik dengan menanam minimal 100 titik tanam. Di samping itu dengan adanya beragam fasilitas dan pengawasan, tentu diharapkan bisa memberi nilai lebih baik dari sisi produk maupun keuntungan ekonomis petani hidroponik.

Advertisement
M Majid

Mochamad Majid adalah content writer sekaligus editor di Maxmanroe.com. Menyukai dunia digital media dan fotografi.

2 thoughts on “Melirik Potensi Bisnis Hidroponik Di Kawasan Kudus”

Leave a Comment