Mengintip Sisi “Nakal” Bos Microsoft Bill Gates

Jika membicarakan perihal teknologi, salah satu nama pesohor yang tidak mungkin terlewatkan adalah Bill Gates. Pria yang sudah berulang kali menyabet predikat sebagai orang terkaya di dunia ini adalah pendiri dari perusahaan teknologi raksasa Microsoft.

Dengan kemampuan di bidang IT serta dedikasinya yang luar biasa, kini kita bisa menikmati beragam kemudahan lewat perangkat teknologi cipataannya. Namun dibalik itu semua ternyata ia yang lahir dengan nama asli William Henry “Bill” Gates III tersebut juga mempunyai sisi “liar”, terutamanya saat masa mudanya dulu.

Mulai dari pribadi yang keras kepala hingga pelanggaran hukum pernah menghiasi lembar hidup bos Microsoft tersebut. Lalu bagaimana kisah lengkap kenakalan Bill Gates? Berikut ulasan singkatnya.

Bermula dari Keluarga

Sosok sukses Bill Gates saat ini tentunya tidak terlepas dari peran kedua orang tua. Ayahnya, William Henry Gates II adalah seorang pengacara kondang di wilayah tempat tinggalnya. Menjadi seorang pengacara tentunya mencerminkan sosok yang tegas dari penuh aturan. Itu pulalah yang coba diterapkan ayahnya pada Bill Gates muda.

Disamping itu, sang ibu Mary Maxwell Gates juga tak kalah disiplin dalam mendidik sang buah hati. Ia bersama kedua saudara perempuannya Kristianne dan Libby Gates, senantiasa mendapatkan pendidikan karakter dari sang ibu yang dulunya dikenal sebagai seorang atlet. Yang menarik, ternyata sang ibulah yang justru lebih “keras” menggembleng pribadi Bill Gates.

Artikel lain: Tahukah Anda, Bill Gates Jadi Dermawan Karena Sosok Ibunda

Tidak hanya tentang nilai kehidupan secara umum, hal lain yang selalu menjadi pesan sang ibunda adalah bagaimana bersikap yang baik dalam pergaulan dan di depan orang lain. Namun justru pesan tersebut yang sering kali menimbulkan cek-cok antar ibu dan anak tersebut

Mendapat Lemparan Botol di Mukanya

Salah satu kejadian yang pastinya tidak akan terlupakan oleh Bill Gates adalah ketika sang ayah melempar botol ke mukanya karena sudah terlampau marah pada anaknya tersebut.

Bagaimana itu terjadi? Masih terkait dengan pribadi tegas sang ibu yang selalu memberikan arahan dan aturan pada Gates, hal itu justru dipandang layaknya belenggu bagi jiwa Gates muda. Hingga pada salah satu waktu makan malam, Gates terlibat adu mulut dengan sang ibu. Dan tanpa sadar Gates mengeluarkan kata-kata kasar pada sang ibu. Sontak sang ayah naik pitam dan melemparkan botol minum ke muka Gates.

Paska kejadian tersebut, sang orang tua yang merasa Gates sudah keterlaluan kemudian membawanya ke terapis anak untuk melihat kejiwaan Gates.

Dan setelah pemeriksaan, jawaban dari terapis justru menyarankan agar kedua orang tuanya untuk tidak lagi mencoba mengimbangi perdebatan dengan sang anak. Terapis tersebut menyarankan agar Gates lebih diberi ruang untuk menjalankan apa yang ia mau. Alasanya adalah karena meski berdebat seperti apapun, dengan kecerdasaanya yang di atas rata-rata kemungkinan besar Gates akan lebih mudah menang dan menyanggah semua kata-kata sang orang tua.

Selepas itu, Gates memang mendapatkan kebebasan yang lebih besar. Ia bahkan pernah melakukan perjalanan selama berhari-hari dan menginap di University of Washington  hanya untuk menghabiskan waktu memainkan komputer. Ia juga pernah menjajal beberapa pekerjaan lepas seputar teknologi di beberapa tempat berbeda tanpa sepengetahuan orang tua.

Baca juga: Bill Gates ~ Pendiri Microsoft, Perusahaan Perangkat Lunak Terbesar di Dunia

Menjadi Tahanan Polisi

Pada masa mudanya dulu, siapa sangka Bill Gates pernah ditahan karena melanggar hukum. Kala itu seputaraan era 1970an, Gates memang tengah memasuki masa yang paling berapi-api. Jika dibandingkan dengan sosoknya saat ini  yang terlihat bersahaja dengan sederhana, masa mudanya dulu ternyata juga cukup nakal.

Tercatat ia pernah berurusan dengan pihak berwenang sebanyak 2 kali untuk kasus yang sama yakni pelanggaran lalu lintas. Yang pertama adalah berkendara tanpa surat di tahun 1975 yang menyebabkan ia ditahan selama beberapa waktu dan pelanggaran rambu pada tahun 1997.

Meski bukan pelanggaran hukum yang besar, sudah cukup membukti bahwa bahkan seorang maestro besar sekalipun mempunyai sisi lain yang mungkin tidak terbayangkan oleh orang lain.