Mengenal Sejarah Wingko Babad Kereta Api yang Tersohor Itu

Advertisement - Scroll to Continue

Wingko-Babad-Kereta-Api

Oleh-oleh apa yang sering kita bawa sepulang dari Semarang? Mungkin lumpia atau bandeng presto, ya. Menelusuri kekayaan kuliner khas Indonesia memang tak ada habisnya. Apalagi jika sudah berada di Semarang. Sudah tentu perut dan lidah kita dimanjakan dengan aneka #kuliner khas yang lezat, relatif murah dan cocok dibawa sebagai buah tangan untuk sahabat dan keluarga tercinta.

Salah satu oleh-oleh yang wajib dicicipi dan dibawa dari kota Semarang adalah Wingko Babad Kereta Api.

Apa sih Wingko Babad Cap Kereta Api?

Mungkin sudah sangat banyak penjaja Wingko Babad Kereta Api yang tersebar di penjuru kota Semarang, namun diantara sekian banyak penjaja wingko babad tersebut, yang asli adalah yang ada di jalan Cendrawasih 14, Semarang. Wingko babat bukanlah penganan yang terbuat dari jeroan sapi, melainkan merupakan makanan kecil dengan citarasa yang manis dan lembut. Nama Babad sendiri berasal dari nama sebuah kota kecil di kawasan Jawa Timur yang menjadi kota kelahiran Ny D. Mulyono, istri sang pemilik Wingko Babad Kereta Api.

Artikel lain: Mbah Sukun, Renyahnya Bisnis Cemilan Keripik Sukun

Pada tahun 1946, Mulyono memutuskan untuk hijrah ke kota Semarang dan mulai menjajakan wingko dengan resep asli keluarganya di sekitar daerah stasiun kereta api Tawang. Makanan dengan citarasa yang manis tersebut laris dibeli sebagai oleh-oleh oleh para penumpang kereta api. Agar lebih mudah dikenal dan semakin populer, Mulyono memberikan nama Wingko Babad cap Kereta Api pada produk wingko yang dijajakannya.

Keistimewaan Wingko Babad Cap Kereta Api

Wingko Babad Kereta Api tak hanya menggunakan nama kereta api sebagai merk saja, karena gambar yang tertera pada bungkus wingko juga diambil dari sampul buku saran yang ada di gerbong restorasi stasiun Tawang. Merk dagang tersebut bahkan sudah didaftarkan oleh Mulyono sejak tahun 1958. Sangat original bukan. Proses pembuatan wingko sejak dulu sudah berlangsung di jalan Cendrawasih 14, yang dulu masih bernama Jalan Osterwal Straat dan juga sempat berganti nama menjadi jalan Purwadinatan Timur 14.

Meskipun harga wingko babad relatif sedikit lebih mahal daripada wingko dari merk lainnya, namun kualitas rasa dan penggunaan bahan baku selalu dipantau dengan seksama untuk menjaga kepuasan para pelanggan. Wingko Babad Kereta Api selalu menggunakan gula pasir dan tepung ketan yang berkualitas, serta tanpa tambahan pengawet, perasa atau pemanis buatan. Karena tidak menggunakan pengawet dan zat aditif lainnya, Wingko Babad Kereta Api hanya dapat bertahan selama 3 hari bila disimpan di suhu ruangan.

Dari segi bentuk dan kemasan pun, Wingko Babad Kereta Api disajikan dalam kemasan kecil yang higienis dan tertutup rapat, sehingga dapat dijadikan finger food dan mudah dibagikan sebagai oleh-oleh untuk kerabat dan sanak saudara. Tak perlu repot-repot memotong wingko yang berukuran besar karena Wingko Babad yang terbungkus rapi bisa disantap tanpa mengotori tangan kita.

Untuk mengembangkan variasi berdasarkan selera para pelanggan, hingga Oktober 2014 setidaknya Wingko Babad Kereta Api sudah memiliki 5 varian rasa yakni, rasa original, pisang raja, durian, coklat dan nangka. Dengan rasanya yang khas dan inovasi yang tiada henti, Wingko Babad Kereta Api berhasil mempertahankan loyalitas para pelanggannya. Lonjakan permintaan Wingko Babad Kereta Api bahkan melonjak ketika weekend dan musim liburan.

Inovasi Tanpa Henti adalah Kunci Kesuksesan

Meskipun sudah populer sebagai pionir penganan wingko babad pertama di Semarang, hal tersebut lantas tak membuat Wingko Babad Kereta Api mudah berpuas diri dan berhenti berinovasi. Hingga saat ini Wingko Babad Kereta Api masih terus berupaya untuk melakukan inovasi dan memasarkan produknya melalui berbagai media modern, seperti social media. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun ditanggapi oleh tim Wingko Babad Kereta Api sebagai bentuk masukan untuk senantiasa memperbaiki diri.

Baca juga: 5 Pengusaha Kuliner yang Sukses Dengan Ide Unik

Belajar dari kesuksesan yang diraih Mulyono dalam mengembangkan Wingko Babad Kereta Api, tentunya kita juga harus memiliki semangat dan ketekunan yang sama untuk selalu rendah hati, giat berinovasi dan mau mendengarkan berbagai saran dari para pelanggan.

Advertisement
M Majid

Mochamad Majid adalah content writer sekaligus editor di Maxmanroe.com. Menyukai dunia digital media dan fotografi.

Leave a Comment