Mengatur Keuangan Sistem Amplop, Cara Irit Ala Nenek-Nenek

Advertisement-Scroll to Continue
Mengatur Keuangan Sistem Amplop
Uang dan amplop

Mengatur keuangan sistem amplop? Maksudnya apa sih itu?

Jadi ketawa sendiri kalau lihat meme gaji berisi perbandingan makan di awal bulan dan akhir bulan. Di akhir bulan kita sering ngenes bahkan sampai ngutang ke warung karena duit gaji sudah habis.

Nyatanya kalau dipikir-pikir pengeluaran itu-itu saja. Cuma kita tidak tahu, ini gaji larinya kemana. Sering seperti itu, kan?

Masalah seperti ini banyak di alami para bujangan. Boro-boro mau nabung, untuk kebutuhan sehari-hari saja masih suka cari tambalan. Endingnya gaji cuma numpang lewat di ATM.

Sebenarnya lari kemana gaji kita?

Lalu apa itu mengatur keuangan sistem amplop? Cara ini memang kuno dan sedikit menyebalkan. Mencatat hal remeh-temeh termasuk korek api dan rokok malah justru hal penting. Dari sini kita tahu kemana sebagian besar uang gaji berlari. Ke warung? Ke bioskop? Pulsa? Atau pacar?

Sediakan satu lembar kertas satu hari, atau  coba buat note di gadget setiap malam apa saja yang kita beli di hari itu. Dari sini kebanyakan para bujangan akan sadar kalau uang gaji lebih banyak lari ke jajan dan pengeluaran tersier. Akhirnya setiap hari kita bisa membuat evaluasi budgeting untuk hari esok.

Baca juga: Cara Cepat Kaya Menjadi Jutawan Bahkan Miliarder

Bagaimana Cara Mengatur Keuangan Sistem Amplop?

Mengatur keuangan sistem amplop ala nenek-nenek ternyata jadi senjata ampuh dan caranya cukup mudah. Memang cara mengatur keuangan yang satu ini sudah jadul, ternyata cara ini sangat berguna untuk membuat kita lebih berhemat dan terarah dalam penggunaan uang.

Sesuai dengan namanya, sistem ini menggunakan amplop sebagai media mengatur uang. Berikut ini cara mudah melakukannya:

1. Menyiapkan Peralatan dan Perlengkapan

Anda butuh peralatan seperti amplop, kalkulator, balpoint, dan juga kertas untuk menghitung dan menulis rincian pengeluaran Anda selama sebulan.

Sediakan amplop sesuai dengan kategori pengeluaran rutin yang sudah dicatat sebelumnya, mulai dari kebutuhan hidup, jatah pulsa/ internet, hiburan, tabungan, buku, kondangan, dan sebagainya.

2. Membuat Kategori Pengeluaran Rutin

Perlukah membuat kategori pengeluaran? Kalau menurut saya ini penting! Mencatat pengeluaran dasar sampai pengeluaran yang direncanakan menjadi kunci utama dalam pembuatan rencana pengeluaran.

Buatlah daftar pengeluaran bulanan secara rinci dan urutkan sesuai prioritasnya. Ini termasuk rencana kondangan dan liburan. Menyisihkan dan memisahkan kebutuhan primer dan sekunder bisa memberikan efek psikologis yang ampuh dan berpikir,”Harus ngirit, harus ngirit, harus nabung!”

Nantinya dalam satu bulan ini keinginan untuk jajan dan hura-hura bisa ditekan karena kita tahu bahwa ada tagihan lain yang harus dibayar.

3. Memisahkan Uang ke dalam Amplop

Isi amplop tersebut dengan uang cash sesuai dengan kategori pengeluaran kita. Ingat! Intinya tetap irit. Jatah setiap pengeluaran dengan batas minimal. Ini termasuk amplop khusus untuk jajan dan nongkrong.

Dalam satu bulan ini, jangan sampai mengisi lagi amplop yang sudah diisi jatah cash agar tidak over-budgeting. Jadi amplop tersebut berfungsi sebagai alarm agar tidak boros mengeluaran uang.

4. Sisihkan Sebagian Uang untuk Tabungan dan Dana Darurat

Selalu usahakan untuk menyisihkan sebagian penghasilan Anda untuk ditabung dan untuk dana tak terduga/ darurat. Tidak harus menyisihkan banyak, tapi yang harus Anda lakukan adalah konsisten menabung setiap bulannya. Untuk jumlahnya tentu disesuaikan dengan besarnya penghasilan Anda dan berapa banyak tagihan Anda setiap bulan.

5. Komitmen itu Sangat Penting

Anda harus berkomitmen untuk tidak pergi ke ATM dan mengambil cash. Tahan juga godaan untuk berbelanja online. Godaan belanja online ini seringkali merusak rencana keuangan seseorang, waspada ya.

Kalaupun memang ternyata membutuhkan barang yang hanya bisa dibeli melalui online, setor uang cash-nya (kalau bank bisa dijangkau jalan kaki), atau tabung kembali amplop belanja online setelah pembayaran dilakukan. Cara ini memang sedikit ribet, tapi kalau mengingat kembali ke tujuan awal “ngirit”, kita bisa aman.

Apa Untungnya Mengatur Keuangan dengan Sistem Amplop?

  • Cara ini ternyata lebih efektif membuat kita lebih disiplin dan mempu mengerem jumlah pengeluaran dalam satu bulan.
  • Cash flow dalam satu bulan lebih mudah dikontrol dan kita tahu kemana sebenarnya gaji berlari.
  • Secara psikologis lebih mempengaruhi untuk terus berhemat uang karena sering melihat jatah di dalam amplop.

Baca juga: Kami Orang Indonesia, Gaji Pas-Pasan Tapi Gaya Hidup Selangit & Kami Bangga

Mengatur Keuangan Sistem Amplop untuk Freelancer Bagaimana?

Mengatur keuangan bagi freelancer memang terbilang sedikit susah. Ini dikarenakan uang masuk yang naik turun setiap bulannya. Yang terpenting saat mengatur keuangan untuk freelancer adalah menetapkan batas minimal pengeluaran setiap bulannya.

Yang pasti, memakai catatan pengeluaran dan mengkelompokkannya dalam beberapa kategori pasti sangat membantu untuk mengetahui kemana arah uang dibelanjakan. Disamping cara di atas, jangan lupa sisakan uang untuk berinvestasi dan asuransi. Anda bisa memilih investasi emas, deposito atau bisa juga memakai tabungan berjangka bila dirasa arus keuangan masih naik turun.

Ini nantinya dijadikan untuk dana darurat dan keperluan lainnya. Untuk asuransi, sekarang banyak sekali yang memberikan premi murah. Atau coba daftar BPJS saja untuk menjamin kesehatan, karena biasanya freelancer tidak mendapatkan jaminan kesehatan dari lembaga ia bekerja.

Meskipun mengatur keuangan sistem amplop masih belum diterapkan untuk semua orang, setidaknya cara ini membantu kita kemana arah uang dibelanjakan. Ayo coba sekarang!

Advertisement
Tasbihul Mamnun

Tasbihul Mamnun adalah content writer di Maxmanroe.com. Aktif di dunia pendidikan dan hobi mengeksplorasi informasi di internet, terutama yang berhubungan dengan digital media.

5 thoughts on “Mengatur Keuangan Sistem Amplop, Cara Irit Ala Nenek-Nenek”

  1. menarik juga artikelnya dengan diperumpamakan dengan nenek-nenek. Tapi zaman dulu pendapatan mereka kalau di convert ke emas mungkin nilai riil nya lebih besar mas daripada gaji sekarang. Selain itu, kebutuhan sekarang lebih banyak item nya daripada zaman nenek, contohnya biaya beli hp, laptop, dll

    Reply
  2. Lucu juga analoginya, nenek-nenek.

    Salah satu yang bikin saya angkat topi kepada beliau beliau adalah, komitmen. Bayangin aja, kalau dari segi pendidikan atau penghasilan, mungkin anak jaman sekarang uda mentereng banget. Tapi orang jaman dulu, dengan gaji pas-pasan bisa beli tanah disana sini. Lebih berkomitmen hemat, tapi bisa investasi. Cool!

    Reply
      • menarik juga artikelnya dengan diperumpamakan dengan nenek-nenek. Tapi zaman dulu pendapatan mereka kalau di convert ke emas mungkin nilai riil nya lebih besar mas daripada gaji sekarang. Selain itu, kebutuhan sekarang lebih banyak item nya daripada zaman nenek, contohnya biaya beli hp, laptop, dll

        Reply

Leave a Comment