Kuncarsono Prasetyo ~ Pendiri Sawoong yang Sukses Jalankan Bisnis Cinderamata Surabaya Tempo Dulu

Advertisement - Scroll to Continue
Kuncarsono Prasetyo
Image dari SWA.co.id

Barang-barang lama atau jadul bukan berarti tak memiliki nilai sama sekali. Bahkan jika Anda bisa mampu memberi sedikit sentuhan kreasi dan inovasi maka Anda akan bisa menjadikan barang-barang kuno tadi menjadi sesuatu yang sangat berharga. Hal ini sendiri bukan hanya sekedar teori atau omong kosong, sebab ada sosok Kuncarsono Prasetyo yang telah membuktikan hal ini.

Ya, di bawah bendera Sawoong, Kuncarsono membuktikan bahwa barang-barang kuno juga memiliki nilai yang tinggi dan mengantarkan seseorang pada kesuksesan. Lalu seperti apakah kisah sukses Kuncarsono Prasetyo ini dalam menjalankan bisnis Sawoong yang berkonsep produk-produk jadul ini? Berikut ulasannya.

Berkonsep Kampanye Konservasi Cagar Budaya Surabaya

Berawal dari tugas liputan upaya pembongkaran Stasiun Surabaya Kota (Stasiun Semut) di Surabaya dari harian Surya, Kuncarsono yang dulunya bekerja sebagai wartawan akhirnya terlibat dalam tim advokasi. Tak dinyana dengan keterlibatannya dalam tim advokasi membuat bangunan stasiun tersebut gagal dibongkar dan direstorasi.

Nah dari pengalamannya menjadi tim advokasi inilah maka Kuncarsono membawa gairah konservasi budaya Stasiun Kota Surabaya menjadi sebuah bisnis cinderamata barang-barang lama bernama Sawoong. Dalam bisnisnya ini pria kelahiran Balongsari, Kecamatan Tandes, Surabaya, 1 Maret 1977 ini menyasarkan produknya pada kalangan usia 25-30 tahun. Dipilihnya segmen usia ini menurutnya sesuatu yang sudah tepat untuk jenis bisnis cinderamata produk-produk lawas.

Artikel lain: Ratu Yuliana ~ Perjuangan Dari Waitress Hingga Sukses Berbisnis Aksesoris

Awal Mula Usaha Kuncarsono Prasetyo

Meski belum sepenuhnya full time, pada tahun 2009, Kuncarsono sudah mulai mengembangkan ide bisnisnya sambil menjalankan profesi kewartawanan. Pada awal usahanya itu pria alumni FISIP Universitas Airlangga ini membuat kaus bergambar khas Surabaya tempo dulu. Dengan modal pribadi sebesar Rp 4 juta Kuncarsono kemudian memproduksi 100 kaus, menyewa pameran dan menggaji beberapa pegawainya. Tak dinyana respon pasar terhadap produk awalnya cukup positif. Maka karena pesanan datang banyak dan tawaran pameran makin ramai, maka pada tahun 2010 Kuncarsono pun memutuskan untuk resign dari pekerjaan wartawan untuk bisa mengurus bisnisnya dengan maksimal.

Hasilkan Produk Unik dan Menarik dari Sebuah Riset

Kuncarsono yang memiliki hobi menggambar memang sedikit banyak membantunya dalam menciptakan produk yang unik dan menarik. Hebatnya, gambar-gambar yang dibuat Kuncarsono ini didapatkan bukan sekadar hasil imajinasi, namun berdasarkan hasil riset mendalam.

Tak hanya dengan mengunjungi tempat kuno, namun ia juga kerap mendatangi dan berdiskusi dengan ahli sejarah dan budaya serta para desainer berpengalaman yang berkaitan dengan Surabaya kuno. Dengan ketekunan yang dimilikinya Kuncoro berhasil menciptakan produk dengan desain yang kuat dan unik serta berciri khas Surabaya tempo dulu.

Hadapi Kendala dan Rintangan Usaha

Meski kemudian permintaan pasar pada produknya semakin tinggi namun Kuncarsono malah kelimpungan dan kewalahan. Terlebih mitra penjahitnya tak lagi mampu memenuhi kebutuhan pasar dengan produk yang berkualitas baik. Setelah berganti-ganti mitra penjahit, Kuncarsono akhirnya memutuskan memproduksi produknya sendiri. Dari sini ia kemudian membuka bengkel kerja sendiri.

Dengan modal Rp 12 juta Kuncarsono membeli mesin jahit dan peralatan sablon, serta sewa tempat dua tahun di sebuah garasi. Dari sini bukan berarti Kuncarsono aman. Bahkan sebelum sukses ia juga harus kembali menghadapi ujian berat karena dirinya diusir dari lokasi produksinya dan ditinggal pekerja andalan. Namun berkat kegigihannya, akhirnya satu per satu kendala dan permasalahan bisa diatasi.

Dengan bantuan 24 karyawan tetap, puluhan pekerja lepas dan juga plasma yang dibinanya, Kuncarsono pun dapat menghasilkan 10 ribu kaus oblong setiap bulannya. Bahkan bukan hanya kaus oblong, tapi Kuncarsono juga telah mampu produksi mug, pin, jaket, kemeja, tumbler, tas hingga kartu pos.

Baca juga: Retno Hastuti ~ Raup 30 Juta Tiap Bulan Dari Bisnis Kerajinan Limbah Pinus

Sawoong Capai Kesuksesan

Dengan kerja kerasnya, Kuncarsono akhirnya mampu meraih kesuksesan bersama Sawoong. Kesuksesan yang diraihnya ini sendiri bukan hanya berwujud omset yang makin membesar, namun keunikan yang dimiliki Sawoong membuat produknya melenggang mulus masuk museum rokok terbesar di Indonesia, House of Sampoerna (HoS) di Surabaya.

Selain penjualan ritel, Kuncarsono saat ini juga mampu mendapatkan klien korporat seperti Olympic Spring Bed, Semen Indonesia, Adira Finance dan beberapa bank. Pemasaran Sawoong sendiri kini sudah meluas hingga ke Timor Leste dan beberapa perusahaan di Australia.

Advertisement
Asep Irwan

Asep Irwan adalah content writer di Maxmanroe.com. Memiliki minat besar di dunia kepenulisan, blogging, dan media online.

Leave a Comment