advertise-scroll to continue

Kedekatan Google-Uber Retak Akibat Isu Mobil Swakemudi

Image dari Phys.org

Persaingan yang muncul dalam sebuah industri antar perusahaan merupakan hal yang sangat umum terjadi. Terlebih jika perusahaan yang bersengketa merupakan perusahaan dengan skala besar, tentu efeknya juga bakal sangat mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut.

Seperti yang dialami oleh 2 perusahaan teknologi besar yakni #Google dan Uber. Sebagai informasi, sebenarnya hubungan antara kedua perusahaan tersebut bisa dibilang berjalan dengan lancar. Namun, karena adanya isu masalah pencurian data yang berujung tuntutan dari pihak Google kepada Uber, akhirnya hubungan kedua perusahaan tersebut memanas bahkan saling merugikan.

Awal Kerjasama

Sebagai perusahaan digital berbasis aplikasi yang sedang naik daun, Uber tentu mampu menarik perhatian dari berbagai perusahaan teknologi lain. Demikian juga dengan perusahaan Alfabet yang merupakan induk perusahaan Google.

Dari situlah lewat Google Ventures (GV), yang merupakan perusahaan permodalan milik Alfabet, Google mulai bekerja sama lewat suntikan dana sebesar US$2,58 miliar.

Artikel lain: Google Dan Facebook Kerjasama Bangun Jaringan Kabel Bawah Laut Tercepat Di Asia Pasifik

Dan ternyata, upaya investasi yang dilakukan Alfabet berbuah manis. Sekitar 3 tahun setelah penanaman modal, Alfabet mendapat keuntungan berlipat bahkan hingga mencapai angka US$3,5 miliar. Inilah alasan mengapa, Google dan Uber mempunyai latar belakang hubungan yang manis pada awalnya.

Kasus Pencurian Data

Namun setelah memiliki kerja sama cukup erat, tiba-tiba timbul masalah dimana adanya isu kasus pencurian data. Kasus ini disinyalir dilakukan oleh seorang mantan pekerja Google bernama Anthony Levandowski. Ia yang merupakan salah satu teknisi utama Google, keluar dari perusahaan dengan membawa 14ribu berkas rahasia milik Google.

Data tersebut, kemudian dimanfaatkan Anthony untuk membangun perusahaan baru, Otto yang bergerak di bidang pengembangan alat transportasi truk swakemudi. Tak berselang lama, Otto justru berpindah tangan yakni merubah nama menjadi milik perusahaan Uber. Nilai akuisisi perusahaan tersebut juga terbilang tinggi yakni mencapai angka US$680 juta.

Setelah itu, permasalahan semakin meruncing ketika Uber memasuki ranah industri yang sedang dikembangkan oleh Google. Pada waktu itu, Uber lebih dahulu memperkenalkan layanan mobil swakemudi di kawasan Amerika Serikat. Dengan bantuan para peneliti dari Carnegie Mellon University, proyek mobil otomatis tersebut mulai dijalankan pada tahun 2015.

Di lain pihak, Google yang juga mempunyai anak perusahaan khusus membidangi mobil swakemudi, Waymo, merasa ditikung oleh rekanannya tersebut. Untuk membalas, langkah bisnis ditempuh dengan meluncurkan fitur car pooling pada aplikasi Waze milik Google.

Sebagai informasi, hingga saat ini Uber sebenarnya masih sangat berkaitan erat dengan Google. Pasalnya, untuk menjalankan operasional, layanan Uber tetap menggunakan jasa dari aplikasi Google Map. Meskipun begitu, gugatan sudah dilayangkan oleh Waymo terkait dengan kemungkinan adanya penggunaan data milik Google untuk pengembangan fitur mobil swakemudi Uber.

Memberatkan Pihak Google

Jika ditilik kembali, dalam kasus ini yang lebih dirugikan adalah pihak Google. Pasalnya, dengan nilai investasi yang sangat besar yang telah masuk ke kantong Uber, praktis tuntutan Waymo bisa merugikan Google secara tidak langsung.

Sederhananya, jika tuntutan Waymo dimenangkan, maka Google secara tidak langsung juga akan menerima kerugian akibat adanya dana investasi. Namun di sisi lain, jika tuntutan Waymo gagal, tentunya juga memberi kerugian secara langsung untuk anak perusahaan Alfabet tersebut.

“Apa pun yang menguntungkan Waymo, akan merugikan Google Ventures,” ucap Stephen Diamond, associate profesor hukum dari Santa Clara University.

Bahkan sebagai dampak dari pertikaian tersebut, David Drummond, senior vice president Google, dari jajaran direksi Uber mengundurkan diri. David sendiri merupakan bagian dari kesepakatan yang telah diraih ketika Google Ventures mengucurkan dana investasi untuk Uber di tahun 2013.

Baca juga: Google Umumkan Tunda Pengembangan Proyek Smartphone Modular

Di lain pihak, Uber menyatakan bahwa perusahaan telah siap dengan tuntutan yang dilayangkan Waymo. Uber yakin bahwa pihaknya dapat memenangkan kasus karena merasa sama sekali tidak melanggar aturan.

“Kami sudah meninjau klaim Waymo dan menentukannya sebagai tuduhan tak berdasar yang ingin memperlambat kompetitor dan kami tak sabar melawan mereka di pengadilan,” ujar Uber.

M Majid

Mochamad Majid adalah content writer sekaligus editor di Maxmanroe.com. Menyukai dunia digital media dan fotografi.

1 thought on “Kedekatan Google-Uber Retak Akibat Isu Mobil Swakemudi”

Leave a Comment