advertise-scroll to continue

Kami Orang Indonesia, Gaji Pas-Pasan Tapi Gaya Hidup Selangit dan Bangga

Indra Kenz dan Doni Salmanan

Harganya cuma Rp 1M, WAH MURAH BANGET!

Tagline itu pasti mengingatkan kamu pada seseorang! Yes, Indra Kesuma alias Indra Kenz.

Akun media sosialnya dipenuhi postingan berisi PAMER kekayaan, pamer harta. Pamer ini, pamer itu, pamer semuanya!

Bahkan di salah satu postingan sosmednya dia seperti menantang Tuhan, bahwa ia telah membuat Tuhan bingung dan tidak akan pernah jatuh miskin.

Sekarang, Indra Kenz hidupnya berbalik 180 derajat. Ditangkap polisi karena kasus penipuan, mendekam di penjara, semua aset dan uangnya disita oleh negara. Sudah jatuh tertimpa tangga!

Lalu apa hubungannya Indra Kenz dengan artikel ini?

Hanya satu, kebiasaan PAMER masyarakat Indonesia di media sosial! Khususnya masyarakat Indonesia dari kalangan menengah yang punya gaya hidup selangit dan WAH, padahal penghasilan pas-pasan.

Memang harus diakui bahwa gaya hidup sebagian besar masyarakat Indonesia dari kalangan menengah terlihat glamour dan terkesan punya banyak uang. Padahal kenyataan sebenarnya, setiap hari mereka pusing mikirin utang.

Jangankan kalangan menengah, para selebriti seharusnya tak perlu mempertontonkan gaya hidup glamournya. Selain boros, gaya hidup seperti itu tidak bermanfaat bagi masyarakat.

Perhatikan saja akun media sosial mereka!

Kesan Tidak Sesuai dengan Kenyataan

Biarpun susah, yang penting terlihat kaya dan bergaya. Mungkin itulah prinsip hidup sebagian orang Indonesia.

Termasuk salah satu teman saya di Facebook, sebut saja namanya Joko.

Di salah satu status Instagram Joko terlihat ia sedang berpose dengan mobil barunya yang mahal. Di minggu berikutnya ia memposting foto dan video ketika ia dan keluarga sedang wisata di Bali, dan juga berbagai foto kegiatan lainnya yang terlihat mewah.

Sebenarnya, postingan status seperti ini bukan kali pertama dilakukannya. Joko dan istrinya cukup aktif di media sosial dan sering memposting barang-barang mahal yang mereka beli dan juga kegiatan-kegiatan yang mengeluarkan uang banyak.

Namun, belakangan ini “aksi pamernya” sudah semakin intens dilakukan. Terlihat sekali bahwa postingan Joko di sosmed belakangan ini ingin melakukan pencitraan, ingin menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang sangat sukses, kaya, dan bahagia.

Saya yakin, cukup banyak teman Facebook yang iri dengan ‘kebebasan finansial’ yang ia miliki. Mungkin sebagian merasa iri, tapi mungkin sebagian merasa terinspirasi!

Selain itu, Joko juga sering memposting kata-kata bijak yang berhubungan dengan agama, pengembangan diri, dan keuangan.

Tidak jarang ia memposting kata-kata bijak disertai dengan foto yang menunjukkan momen bahagia bersama keluarga dan sahabat. Semua itu menggambarkan citra seseorang yang sukses dan bahagia dunia dan akhirat.

Terlihat sempurna, dan sangat menginspirasi bukan.

Sayangnya, kesan sempurna itu hanya ilusi semata. Kenyataan tak seindah postingan-postingan di Instagram, TikTok, atau Facebook.

Dua minggu yang lalu, Joko ditangkap polisi karena menggelapkan uang perusahaan.

Banyak kawan yang kaget, tapi saya tidak.

Gaji Joko Besar, TAPI Utangnya Lebih Besar

Mereka yang punya gaji besar pasti senang dong, ini adalah impian semua orang yang sudah bekerja keras. Dan Joko adalah salah satu eksekutif muda di perusahaan tempat dia bekerja dengan gaji yang cukup fantastis.

Tidak seperti mereka yang punya gaji pas-pasan. Gajian hari ini seminggu kemudian sudah habis buat bayar hutang dan pinjam uang lagi dari kawan atau rentenir berdasi.

Sayangnya, untuk seseorang yang dianggap intelek ternyata Joko tak punya kesadaran finansial yang baik. Ia punya kebiasaan membeli barang mahal dan melakukan aktivitas yang menghabiskan banyak uang.

Jangankan mereka yang gaji pas-pasan, Joko yang penghasilannya Rp 200 juta per bulan pun bisa mengalami masalah keuangan dan punya banyak utang karena tak bisa mengelola uang dengan baik.

Gaya hidupnya menganut paham hedonisme yang tidak memikirkan masa depan. Sampai akhirnya Joko pun harus berhutang ke banyak pihak, mulai dari rekan kerja hingga Bank.

Banyak ahli ekonomi mengatakan bahwa hedonisme adalah akar masalah dari semua masalah keuangan yang terjadi di kalangan masyarakat kelas menengah di Indonesia.

Tapi banyak yang tidak perduli. Mereka lebih butuh status sosial ketimbang masa depan yang lebih baik.

Ditambah lagi kebiasaan masyarakat kelas menengah yang suka membeli barang dengan cara mencicil. Mungkin satu cicilan terasa kecil, tapi jika mencicil menjadi kebiasaan maka utang yang harus dibayar akan menjadi besar.

Joko berasal dari keluarga kaya, tapi mungkin ia tidak dibekali dengan kesadaran finansial yang baik oleh orang tuanya. Ini sebenarnya sangat aneh karena rata-rata orang kaya itu sadar finansial dan lebih memilih berinvestasi ketimbang beli barang mahal hanya untuk pamer.

Utangnya yang semakin menggunung tak sanggup lagi dibayar meskipun beberapa aset telah dijual. Akhirnya, Joko menggelapkan uang perusahaan tempat dimana ia bekerja.

Saat ini ia mendekam di penjara. Aset-aset penting miliknya disita untuk mengganti uang yang digelapkannya. Istri dan anaknya pun harus meninggalkan rumahnya karena rumah tersebut ikut disita.

Hanya dalam hitungan hari, citra Joko sebagai seorang pria yang sukses, kaya, dan bahagia menjadi hancur. Dunianya terasa runtuh.

Mungkin kalian menganggap ini hanya cerita fiksi.

Tapi sebenarnya ini kisah nyatanya dan ada contoh lain yang bisa kalian lihat sendiri. Mulai dari kisah bos First Travel, cerita pemilik Abu Tour, Indra Kenz, Doni Salmanan, dan masih banyak lagi.

Cerita seperti ini tidak akan pernah berhenti….

Mereka adalah orang-orang yang kaya mendadak, kurang kesadaran finansial, dan suka pamer.

Gaji Pas-pasan Tapi Ingin Terlihat Kaya

Sewaktu masih anak kos-kosan dulu, seorang teman pernah berkata “oi jangan kayak orang susah lah” karena saya ingin berhemat dan tidak mau makan bersamanya di restoran. Saya tidak marah, kami tertawa bersama karena itu hanya bercandaan saja.

Tapi sebenarnya, ucapan seperti ini akan masuk di alam bawah sadar, “Ayo lah pakai uang mu, ga usah berhemat”. Gaji pas-pasan, tapi gaya hidup terlihat kaya dan WAH. Ini seperti racun yang dikonsumsi setetes demi setetes.

Sebagian besar dari dari kalangan menengah punya banyak utang karena alam bawah sadarnya mengatakan “alah, jangan kayak orang susah lah” “beli sekarang atau kau akan menyesal selamanya” “kapan lagi bisa punya barang seperti ini” dan lain-lain. Mereka tidak bisa melawan keinginan dirinya sendiri.

Kebiasaan boros membuat hidup mereka tak lepas dari kegiatan ‘gali lobang tutup lobang’ untuk mengatasi masalah keuangan. Sebuah kegiatan yang sangat ‘mengharukan’ bagi semua orang.

Banyak masyarakat Indonesia yang sangat ingin terlihat kaya dan sukses di media sosial. Itu FAKTA!

Asal tahu aja, mereka suka memposting foto harta benda yang dibeli dengan cara mencicil, posting video atau foto gaya hidup yang glamour, dan lain-lain. 

Ada banyak hal yang bisa mereka lakukan, orang-orang kelas menengah yang punya gaji pas-pasan agar terlihat kaya:

  • Membeli kendaraan mahal dengan cara mencicil hanya agar terlihat kaya.
  • Membeli smartphone mahal biar terlihat gaya padahal masih punya smartphone lama, belinya dengan cara mencicil pula.
  • Memilih menghabiskan uang untuk jalan-jalan ketimbang menabung atau investasi.
  • Belanja hal-hal yang bukan keperluan penting, misalnya beli sandal lucu (beli sandal kog karna lucu, kan lucu ya).
  • Memposting semua barang-barang mahal miliknya di media sosial. Itu belinya nyicil semua lho.
  • Punya banyak kartu kredit, coba deh perhatikan dompetnya.
  • Sering pinjam uang dari teman tapi lupa bayar (lebih tepatnya ngga mau bayar), bahkan ketika ditagih mereka marah.

Hidup Bukan Hanya untuk Hari Ini

Hari kemarin telah terlewati, hari esok tiada pasti. Hiduplah hanya untuk hari ini, curahkan segalanya hanya untuk hari ini!

Entah siapa yang membuat kata-kata tersebut, tapi pernah dibagikan seorang teman di media sosial dan mungkin sebagian orang akan salah mengartikannya.

Kita hidup tidak hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk esok hari, lusa, minggu depan, tahun depan, sepuluh tahun lagi, dan seterusnya.

Kalangan pengusaha, profesional, dan akademis yang saya tahu selalu mengatakan bahwa manusia harus memikirkan tentang masa depan mereka.

Bagi sebagian orang, kebiasaan menghambur-hamburkan uang adalah salah satu bentuk atau cara untuk bahagia dan menikmati hidup. Namun, tindakan seperti itu pada akhirnya lebih sering menghancurkan ketimbang membuat seseorang bahagia.

Sebagai penutup saya ingin mengatakan bawah kita harus memahami kemampuan secara finansial.

Jika hari ini berlebih, sisihkan harta dan berinvestasi untuk masa depan. Jika masih pas-pasan, berupayalah untuk meningkatkannya.

Jangan pernah mengikuti gaya hidup orang boros karena bahagia itu ngga harus boros.

Semoga bermanfaat.

Artikel dikirim oleh Bimbim

Baca juga: Penyebab Masyarakat Kelas Menengah Sulit Kaya

Kontributor

Semua artikel yang dikirim oleh penulis tamu atau kontributor untuk Maxmanroe.com. Bila ingin artikel kamu tayang di Maxmanroe.com, silahkan kirim draftnya ke [email protected].

16 thoughts on “Kami Orang Indonesia, Gaji Pas-Pasan Tapi Gaya Hidup Selangit dan Bangga”

  1. arti kata, alquran indonesia, alquran english, asmaul husna, kamus bahasa inggris, kamus besar bahasa indonesia (kbbi), kamus bahasa gaul, antonim, sinonim, kamus kesehatan, kamus farmasi, kamus obat, kumpulan hadis, pdf editor (word to pdf, pdf to word, combine/merge pdf, split pdf, compress pdf, image/photo to pdf), kamus hukum, kamus bahasa jawa, kamus bahasa korea, kamus bahasa jepang, lirik lagu dan terjemahan bahasa indonesia, lirik lagu barat, resep masakan khas, resep masakan harian, resep masakan indonesia

    Reply
  2. Budaya pamer saat ini sudah mendunia semenjak adanya medsos,
    Tapi nyatanya pamer justru mendatangkan follower yang baik untuk bisnis.
    Ngak heran banyak konten yang isinya cuma pamer tapi viewnya banyak.

    Ada yang pernah bilang di youtube
    “Dont hate the player, but hate the game”

    Salam kenal mas Marikxon
    Terus berkarya selalu

    Reply
  3. hmmmm…… ini emang sebuah kenyataan, apalagi kalau Maxmanroe mau sedikti meluangkan waktu berkunjung ke desa-desa di daerah saya, di sini banyak sekali anak-anak muda yang bergaya parlente, tapi sebenarnya mereka bukan siapa-siapa dan bahkan tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mengharapkan kiriman uang dari orang tuanya yang merantau jauh dari kampung halaman

    Reply
    • Lho ada juga anak muda di desa yang seperti itu ya. Harusnya mereka berpikir bagaimana cara untuk bisa mandiri ya, untuk masa depan mereka juga. Sangat disayangkan

      Reply
  4. Bener Mas Marikxon, isi artike inil berisi sindiran. di tempat saya sekarang juga banyak yang seperti itu, gaji pas-pasan tapi gayanya melebihi orang yg hidupnya sudah mapan.
    (kadang saya merasa sedih) :v

    Reply
  5. Sebaiknya hidup sederhana saja, tidak perlu bermewah – mewahan, hidup tenang lebih baik.
    Punya rezeki lebih itu bersyukur dan menyumbang kepada orang lainnya.

    Jadi penasaran “Siapakah Mr. X?”
    *Bisikin melalui email, Bang Marxion

    Reply
    • Itu artikel kiriman orang mas Joni. Kalau membaca artikelnya, MR. X itu bisa siapa saja. Ini sepertinya sindiran pada masyarakat kelas menengah yang gaya hidupnya boros dan suka mencicil kalau mau beli barang mahal

      Reply
      • Bijaksana, dengan panggilan Mr X maka tentu akan memberikan padangan pada diri kita sendiri maupun orang lainnya.
        Semoga Kita semua menjadi orang yang beruntung & tidak sombong (Jikalau hanya prestise untuk bisnis, ia boleh seperti mobil bagus untuk menemui klien).

        Terimakasih Bang Marxison, sungguh inspiratif.

        Reply
  6. Hahaha ini mah satir yang nyelekit sekali om Max. Btw itu penulisnya Bimbim tak lagi bersedih… kayaknya Slanker sejati ya

    Reply
  7. Tidak semua orang dikalangan menengah seperti itu, punya duit bisa digunakan untuk hal-hal produktif dan aset untuk masa depan.

    Reply
    • Betul. Saya lihat artikel ini ditujukan untuk mereka yang suka bergaya hidup mewah tapi tidak sesuai dengan penghasilannya. Btw ini artikel kiriman orang pak Iswadi :)

      Reply
  8. salah satu yang membuat gaya hidup menjadi selangit karna gengsi yang gede biarpun hanya gaji pas-pasan yang penting terlihat glamour dan keren.

    Reply
  9. Wah jarang-jarang blog ini bikin postingan sarkas. Sekali bikin langsung ngena. Memang kebanyakan pola pikir masyarakat masih begitu

    Reply

Leave a Comment