Indonesia Harus Mempelajari Sistem E-commerce China, Ini Alasannya

Advertisement-Scroll to Continue

Sistem-E-commerce-China

Ajang #startup Asia Jakarta biasanya menjadi salah satu kesempatan bagi berbagai startup teknologi memamerkan inovasinya dan berbagi ide dengan berbagai startup lain. Ajang Startup Asia Jakarta di tahun 2014 juga membahas mengenai bagaimana Indonesia harus mempelajari kondisi startup dari berbagai negara maju lainnya.

Pada ajang startup besar tersebut, James Tan selaku managing partner quest CV asal China sempat menyatakan bahwa kondisi startup teknologi Indonesia hanya teringgal 5 tahun dari China. Hal ini tentu memunculkan harapan bahwa startup teknologi dan #e-commerce Indonesia bisa berkembang dan menghasilkan berbagai raksasa teknologi di tahun-tahun berikutnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka startup e-commerce dan investor Indonesia harus belajar dari China dengan alasan-alasan berikut ini:

Partisipasi Dari Operator Telekomunikasi

Gordon Orr, pimpinan McKinsey and Company wilayah Asia semapt mengutarakan hal yang menyebabkan teknologi internet di China berkembang begitu pesat. Setiap tahunnya, operator telekomunikasi milik pemerintah China menyediakan 10 juta broadband untuk rumah baru sehingga bisa memfasilitasi penduduk bertaraf ekonomi menengah ke bawah untuk bisa tetap mengakses #internet secara mudah dengan biaya yang terjangkau.

Uang Tunai Masih Jadi Primadona

Belajar dari China di tahun 2011, kala itu sistem pembayaran melalui kartu kredit masih dalam tahap pengembangan sehingga orang lebih memilih metode e-commerce dengan cara COD (Cash On Delivery). Produk atau jasa akan dibayar langsung ketika sudah diantarkan sang penjual dan diterima pembeli.

Tentu tak ada yang salah bila kita mempelajari konsep ini. Sebuah survey yang dilakukan idEA (Asosiasi E-Commerce Indonesia) juga menyatakan bahwa persentase COD pada sistem e-commerce Indonesia mulai turun drastis dari 62% ke angka 25 % pada periode tahun 2013 hingga 2014. Hal ini menunjukkan bahwa para pelanggan online di Indonesia mulai beralih ke cara pembayaran yang lebih modern, seperti transfer ATM, kartu kredit,internet banking dan layanan potong pulsa.

Artikel terkait: Melihat Layanan Pembayaran COD eCommerce Di Indonesia

Bisnis Retail Online Menunjukkan Peningkatan

Pada tahun 2007, China mengeluarkan dana sebesar USD 8.25 milyar untuk sektor bisnis retail online. Seiring dengan perkembangan kebiasaan belanja online di China, negara raksasa ini memprediksikan dana sebesar SD 360 milyar untuk sektor bisnis retail online pada tahun 2015 mendatang.

Peningkatan omset tersebut dipercaya juga bisa terjadi di Indonesia. Bahkan idEA juga memperkirakan bahwa pelanggan online Indonesia di tahun 2015 akan bertambah dari 15 juta menjadi 75 juta. Hal ini tentu cukup menakjubkan dan memberikan harapan bagi Indonesia untuk tumbuh menjadi raksasa e-commerce yang baru.

Konsumen Kelas Menengah yang Siap Berbelanja

Pada pertengahan tahun 2000-an, penduduk dengan kelas ekonomi menengah di China mulai mampu membeli berbagai produk sampingan, selain memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Mereka mulai membeli rumah baru dan mengisi rumahnya dengan beragam produk-produk peralatan rumah tangga yang baru.

Hampir sama dengan pasar yang ada di China, kini Indonesia juga sedang mengalami perkembangan ekonomi pada masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas dengan persentase pertumbuhan ekonomi mencapai 6% setiap tahunnya. Berdasarka laporan Boston Consulting Group, jumlah masyarakat kelas ekonomis menengah akan bertambah menjadi 141 juta jiwa pada tahun 2015 dalam 6 tahun ke depan. Pertumbuhan tersebut tentu membuat masyarakat kelas menengah siap untuk berbelanja dengan konsep e-commerce.

Banyak Marketplace yang Bermunculan

Bila pada awal tahun 2000-an China mulai populer dengan startup marketplace dengan konsep Consumer to Consumer (C2C) seperti Alibaba, maka konsep C2C tersebut juga tengah berkembang pesat di Indonesia. Salah satu startup Indonesia yang tampaknya bisa menyaingi popularitas Alibaba adalah Tokopedia, yang juga memperoleh suntikan investasi yang sama seperti investor Alibaba, yakni Sequoia Capital dan Softbank. Selain itu, munculnya Lazada besutan Rocket Internet tampaknya juga mampu menyaingi Tmall (bisnis besutan Alibaba) di bidang Business to Business (B2B).

Baca juga: Tokopedia ~ eCommerce Lokal Berkonsep Mall Online

Bukan mustahil bila Indonesia bisa berkembang menjadi salah satu negara dengan startup e-commerce terbaik dan terkuat di dunia. Sebab proses peningkatan ekonomi dan pengetahuan teknologi pasti mendorong perkembangan e-commerce Indonesia menjadi lebih maju dan lebih banya diminati masyarakat di tahun-tahun mendatang.

Advertisement
M Majid

Mochamad Majid adalah content writer sekaligus editor di Maxmanroe.com. Menyukai dunia digital media dan fotografi.

1 thought on “Indonesia Harus Mempelajari Sistem E-commerce China, Ini Alasannya”

  1. Hmm berarti kedepannya peluang untuk sukses berbisnis online di Indonesia akan semakin besar ya :)

    Reply

Leave a Comment