advertise-scroll to continue

Dilema OpenBTS, Inilah Tanggapan Pihak Terkait

Image dari Kompas.com
Image dari Kompas.com

Pada artikel sebelumnya kita sudah membahas tentang rencana penggunaan teknologi pemancar jaringan internet milik Google yakni Project Loon di Indonesia. Namun ternyata, di balik rencana kedatangan balon internet Google tersebut, Indonesia juga sudah punya teknologi dengan tujuan yang sama yakni OpenBTS yang asli dirakit oleh putra bangsa.

Melihat adanya ketimpangan antara akses yang diberikan pada Project Loon dan OpenBTS, opini pun deras bermunculan. Tak sedikit yang bertanya-tanya mengapa pemerintah dan pihak swasta di Indonesia tidak memberikan kesempatan yang sama besarnya untuk proyek OpenBTS, padahal di lain sisi teknologi ini sebenarnya sudah pernah diuji cobakan.

Artikel lain: OpenBTS vs Project Loon ~ Tujuan Sama, Sayang Beda Nasibnya

Nah menjawab pertanyaan tersebut, beberapa pihak yang terkait, dalam hal ini dari pihak Kemeninfo dan juga perusahaan operator telekomunikasi, memberikan pernyataan di balik keputusan mendatangkan teknologi balon #internet Google dan mengapa tidak memberikan kesempatan lebih pada proyek OpenBTS.

Klarifikasi Menkominfo

Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Rudiantara bisa dibilang menjadi salah satu orang yang paling diburu untuk menjawab pertanyaan tentang Project Loon vs OpenBTS. Dan benar saja, klarifikasi langsung muncul setelah pertanyaan tersebut banyak mencuat di media.

Dalam sebuah kesempatan, ketika di cros cek terkait hal itu Rudiantara menyatakan bahwa sebenarnya pihak Kemeninfo memberikan jalan pada setiap teknologi jaringan internet yang akan di kembangkan di Indonesia. TAPI.. karena teknologi OpenBTS menggunakan frekuensi 900 MHz, yang mana frekuensi tersebut hak gunanya dimiliki oleh perusahaan operator seluler, maka menurutnya keputusan bukan ada di tangan pemerintah dalam hal ini Keminfo, namun terletak pada pihak perusahaan operator seluler sendiri apakah memberikan akses tersebut atau tidak.

Itu penjelasan pertama, ok kita catat. Penjelasan yang kedua adalah jika nantinya #teknologi OpenBTS diterapkan, harus ada standart kualitas tertentu yang harus dimiliki oleh layanan OpenBTS. Menurut Rudiantara, hal ini karena sinyal yang nantinya digunakan tetaplah sinyal milik opsel (operator seluler). Jadi kembali lagi, perlu ada kesepakatan dengan pihak opsel jika OpenBTS ingin di terapkan.

Pada poin ini saya sendiri belum terlalu faham, karena pada beberapa artikel lain yang saya baca (salah satunya di sini), teknologi OpenBTS bisa dijalankan tanpa jaringan operator seluler. Jadi untuk poin 2 masih cukup menggantung, mungkin ada sumber yang lebih jelas dan valid untuk menjawab hal ini.

Berikutnya yang ketiga, Menkominfo menyatakan bahwa fokus utama pemerintah saat ini adalah percepatan penetrasi akses internet. Dalam rencana yang sudah disusun pemerintah, salah satu target yang ingin dicapai adalah bagaimana akses internet bisa dinikmati secara merata oleh seluruh warga Indonesia. Dan Rudiantara menegaskan, hal ini tidak terkait apakah harus menggunakan Project Loon, OpenBTS atau alternatif teknologi yang lain.

Nah, untuk poin ke tiga mungkin kita bisa lebih membuka pemikiran. Pada dasarnya apa yang ingin dicapai pemerintah adalah hal yang baik. Kita kesampingkan dulu masalah siapa yang diuntungkan siapa yang dirugikan, yang pasti dari segi kualitas mungkin (karena belum ada juga studi lengkap yang membandingkan efektifitas teknologi balon internet #Google dengan OpenBTS) teknologi balon internet Google mempunyai potensi dan kualitas teruji yang lebih baik. Jadilah pemerintah maupun pihak swasta perusahaan operator seluler Indonesia lebih memilih teknologi balon Google tersebut.

Baca juga: Asyik! Tahun Depan Balon Google Loon Mulai Sambangi Indonesia

Lalu Bagaimana Dengan Pihak Operator Seluler?

Pada sebuah kesempatan, CEO XL Axiata, Dian Siswarini memberikan tanggapan terkait teknologi jaringan internet alternatif OpenBTS. Serupa namun tak sama, eksekutif wanita yang satu ini menyatakan bahwa tidak menutup kemungkinan OpenBTS bisa digunakan. Asal.. bisa dipertanggung jawabkan dalam hal kualitas teknologi dan sisi finansialnya.

Tentang tanggapan CEO XL tersebut, menurut saya pribadi adalah jawaban yang lebih profesional. Alasannya pada dasarnya operator seluler adalah sebuah bisnis. Jadi sudah pasti akan berorentasi juga pada provit. Tidak berlebihan rasanya jika  perusahaan opsel besar seperti XL dan yang lain, akan mengambil keputusan tanpa pertimbangan terlebih dahulu (sekali lagi ini tanpa mengesampingkan teknologi yang dikembangkan anak negeri).

Jadi, bagaimana menurut rekan-rekan? dan jangan lewatin nonton video tentang OpenBTS dari sang empunya langsung di bawah ini ya.

M Majid

Mochamad Majid adalah content writer sekaligus editor di Maxmanroe.com. Menyukai dunia digital media dan fotografi.

Leave a Comment