advertise-scroll to continue

Dapur Solo, Bisnis Kuliner Khas Solo yang Berawal dari Usaha Rumahan

Dapur Solo
Dapur Solo

Dapur Solo – Hal apa yang sering kita temui di Jakarta? Mungkin sebagian dari kita akan menjawab hal-hal yang sama, kemacetan, gedung-gedung bertingkat dan padatnya aktivitas masyarakat. Kita tak hanya bisa menemukan hal-hal membosankan tersebut lho bila berada di Jakarta. Karena Jakarta juga kaya akan tempat-tempat wisata #kuliner yang menarik dan menggugah selera untuk dicicipi.

Aneka tempat wisata kuliner yang terdapat di Jakarta berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Soal menjamurnya restoran Padang atau warung Tegal, tentu tak perlu diragukan lagi. Tapi untuk urusan kuliner Solo, mungkin tak banyak tempat wisata kuliner yang menyediakannya. Diantara beberapa tempat kuliner yang menyediakan hidangan khas Solo, Dapur Solo tentu menjadi salah satu juaranya.

Baca juga: Peluang Usaha Rumahan

Latar Belakang Berdirinya Dapur Solo

Dapur Solo berawal dari ide sederhana yang dimiliki seorang ibu rumah tangga. Ibu Swandani Kumarga adalah seorang ibu rumah tangga sederhana yang tidak berkarir di luar rumah dan memilih untuk mengurus rumah tangga serta menemani anak-anak di rumah. Kala itu tahun 1988, Ibu Swandani mulai tergugah untuk memulai bisnis rumahan sederhana. Menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga sekaligus mencari pemasukan tambahan tentu jadi ide yang inovatif.

Artikel lain: 5 Pengusaha Kuliner yang Sukses Dengan Ide Unik

Berawal dari kegemarannya menyantap rujak dan jus buah, Ibu Swandani lantas menyulap garasi rumahnya menjadi tempat bisnis kecil-kecilan. Modal awal sebesar Rp 100.000,- digunakan untuk membeli mesin penghancur es, buah-buahan dan beberapa lusin gelas. Brosur promosinya bahkan waktu itu ditulis dengan tangan dan diantarkan dari satu rumah ke rumah lainnya dengan menggunakan alat transportasi sederhana berupa sepeda onthel. Pada tahap awal bisnis kecil-kecilan tersebut, Ibu Swandani memperoleh omset Rp 3.000,- per hari. Para pelanggan setia kedai rujak dan jus buahnya kebanyakan berasal dari kalangan ibu-ibu dan siswa siswi yang baru pulang dari sekolah.

Lambat laun bisnis rumahan yang ditekuni ibu Swandani mulai menampakkan hasil yang menggembirakan. Omset bisnis rujak dan jus buahnya semakin meningkat selama beberapa tahun sejak bisnis tersebut dimulai. Tak cepat berpuas diri dengan pencapaiannya, ibu Swandani lantas memberanikan diri menyewa ruko dan membuka rumah makan yang menyediakan aneka kuliner khas Solo.

Re-branding Adalah Salah Satu Kunci Inovasi

Pada tahun 2005, suami ibu Swandani, Heru Kumarga turut bergabung untuk mengelola rumah makan Solo tersebut. Pasangan suami istri ini kemudian bahu membahu melakukan berbagai inovasi untuk menciptakan brand tempat kuliner khas Solo yang khas dan mudah dikenali oleh masyarakat.

Ibu Swandani dan sang suami kemudian memutuskan untuk menggunakan nama “Dapur Solo”, nama yang dianggap pas dan familiar untuk menggambarkan rumah makan yang menyajikan aneka menu khas Solo.

Butuh Waktu yang Tak Sebentar

Membangun rumah makan dengan aneka menu khas Solo ternyata bukanlah perkara gampang. Masyarakat Jakarta agaknya masih kurang familiar dengan aneka menu khas Solo, karena tak banyak tempat kuliner yang menyajikan menu tersebut. Masyarakat Jakarta tentu lebih mengenal aneka hidangan khas Sunda atau masakan Padang yang sudah tak asing lagi.

Tapi hal ini tak menjadi halangan bagi ibu Swandani dan sang suami. Pasangan ini kemudian berusaha untuk melakukan inovasi rasa, standar pelayanan yang berkualitas serta konsep re-branding yang cocok dengan kebiasaan masyarakat Jakarta.

Hingga tahun 2014, ibu Swandani dan bapak Heru Kumarga berhasil mengembangkan Dapur Solo sebagai salah satu brand rumah makan khas Solo yang populer di Jakarta.  Hal ini dibuktikan dengan berdirinya 5 cabang Dapur Solo yang masing-masing berlokasi di daerah dua kawasan Sunter, Serpong, Panglima Polim dan Matraman. Beragam menu khas Solo seperti Selat Solo, nasi Langgi, lontong Solo dan asem-asem iga menjadi menu andalan yang kerap dicari oleh para pelanggan Dapur Solo.

Baca juga: Ayam Bakar Mas Mono, Kesuksesan Memang Milik Orang yang Berusaha

Meski sudah mencapai kesuksesan bisnis yang cemerlang, pasangan suami istri ini tak pernah berhenti berinovasi dan memberikan pengetahuan baru kepada para karyawan Dapur Solo. Karena karyawan adalah salah satu ujung tombak bisnis yang langsung berhubungan dengan para pelanggan. Karyawan yang memperoleh banyak pengetahuan dan mengalami kepuasan kerja akan memberikan dedikasi dan loyalitas terbaik bagi suatu bisnis. Jadi, kita juga harus meneladani sikap tekun dan konsistensi ibu Swandani dan bapak Heru Kumarga dalam merintis bisnis.

“The only place success come before work is in the dictionary”

M Majid

Mochamad Majid adalah content writer sekaligus editor di Maxmanroe.com. Menyukai dunia digital media dan fotografi.

2 thoughts on “Dapur Solo, Bisnis Kuliner Khas Solo yang Berawal dari Usaha Rumahan”

  1. WISATAWAN JURU IKLAN ANDA

    Bulan Maret atau April 2015 ini saya dan keluarga (4 orang) akan berwisata ke Solo. Kami akan menulis semua obyek wisata (alam, budaya, kuliner, filsafat, dll) serta penginapan (hotel, homestay, dll) yang kami rasakan, lihat, dengar, dan cium untuk dimasukkan ke facebook, tweeter, blog kami yang bisa dibaca oleh ribuan/jutaan netizen di dalam negeri maupun di mancanegara. Bagi obyek-obyek wisata, restoran/kuliner, hotel/penginapan, travel, batik/busana, dan usaha suvenir yang ingin mempublikasikan produk-produk unggulannya, silakan menghubungi kami di: inskpi@yahoo atau Hp. 085878272878.
    Kami memiliki 2 anak penulis remaja (Veronica Vitasari Embu-Worho dan Pascalis Muritegar Embu-Worho) yang berpengalaman dan berprestasi di Indonesia (beberapa kali juara nasional karya tulis dan sudah menerbitkan buku), sudah menulis buku, sering menulis di media massa, dan kini sebagai jurnalis muda (Muda) di Harian Kompas (Yogyakarta) dan (KACA) Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Keduanya pun fasih berbahasa Inggris. Kedua remaja ini siap menulis untuk mempublikasikan produk-produk Anda.
    Saya sendiri akan bertindak sebagai editor dan istri saya (Rosalia) akan bertindak sebagai fotyografer (memotret atau menyoting).

    Salam,

    TONGGO ANTHON
    Reply

    Reply

Leave a Comment