Buka-baju.com ~ Layanan Cetak Kaos Custom Berkonsep Manual Screen Printing

Advertisement-Scroll to Continue
Image dari Twitter.com
Image dari Twitter.com

Kaos memang telah menjadi produk fashion yang memiliki market besar karena bisa dikenakan oleh siapa pun dan dalam usia berapa pun. Karena target pasarnya yang besar, maka Abdur Rasyid dan Lanang Kharisma melihat peluang besar dari kaos ini. Sehingga mereka pun memberanikan diri untuk membuka bisnis bernama Buka-baju.com (BBDC).

Untuk mengatasi persaingan yang sangat sengit, mereka pun memanfaatkan kemampuan kreativitas desain dan #teknologi sablon manual screen printing dengan layanan eksklusif pembuatan kaos customize. Tak tanggung-tangung ruang konsultasi pun dibuka dengan gratis dengan tujuan agar sablon pada kaus sesuai yang diinginkan konsumen.

Dengan usaha kerja yang dijalankannya tersebut, dalam enam bulan, mereka mampu mengembalikan modal awal Rp 5 juta. Kini, bisnis mereka telah berkembang dengan omzet hingga Rp 20 juta per bulan. Lalu seperti apakah usaha BBDC ini sebenarnya? Berikut ulasannya.

Asal Mula Nama Brand Buka-Baju.com

Nama Buka Baju dipilih sebagai nama usahanya diakui Rasyid muncul karena keisengan. Menurut Rasyid nama ini muncul karena para karyawan BBDC yang kerap tidak memakai baju atasan ketika melakukan proses produksi.

Wilayah Tangerang Selatan yang memiliki suhu yang panas inilah yang menjadi penyebab para karyawan ini membuka baju. Dari sinilah kemudian lahir nama Buka Baju sebagai merek bisnis kaosnya. Selain karena faktor keisengan, nama Buka Baju juga dipilih karena nama tersebut dinilai efektif menarik perhatian dan mengundang penasaran khalayak.

Artikel lain: Ciptaloka.com ~ Jasa Printing Desain Custom Online Dengan Berbagai Kemudahan

Usaha Awal

Bisnis Buka-baju.com dirintis Rasyid dan Lanang hanya dengan modal Rp 5 juta yang diperoleh dari patungan gaji bulanan keduanya. Modal awal tersebut kemudian dibelikan sejumlah perangkat sablon dan menyewa tempat untuk produksi dan kantor promosi di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan. Pada awal merintis usaha, Rasyid dan Lanang menggencarkan promosi luar dan dalam jaringan #internet.

Sayangnya, pada dua hingga tiga bulan pertama respon pasar BBDC masih sepi. Saat itu order pun masih sangat kecil dan hanya satuan. Saat hal ini terjadi Rasyid pun kerap melakukan penambalan biaya produksi. Namun dibalik sepinya order, Rasyid melihat peluang besar untuk membuat usahanya ini untuk berkembang pada layanan order sablon satuan.

Perkembangan Usaha

Akhirnya Rasyid pun menjadikan order satuan sebagai pemancing promosi yang efektif. Instingnya melihat peluang terbukti manjur. Selang enam bulan, geliat bisnis BBDC mulai terasa. Salah satunya, ditandai dengan modal awal yang telah kembali.

Dari awal bisnis berjalan, perkembangan pesanan juga terus menanjak. Lebih lanjut Rasyid menyebutkan, sejak awal sampai bulan keenam, order BBDC bisa mencapai 100-200 potong kaus. Setelah enam bulan, permintaan order pun meningkat lagi mencapai angka 300-400 potong kaus.

Pada tahun 2012, Rasyid dan Lanang pun berhasil membuka toko dengan modal Rp 15 juta. Toko ini digunakan Rasyid untuk menyimpan barang kaus dan tempat memajang produk. Selain itu, toko juga digunakannya  untuk penyimpanan barang yang gagal order. Saat ini, bisnis Buka-baju.com telah memiliki empat karyawan di bidang produksi dan desain. Perkembangan order kaus pun telah mencapai orderan kaus sablon 500-700 potong per bulan.

Cakupan order pun juga telah menjangkau lintas pulau, bahkan lintas negara. Dengan kisaran harga kaus satuan antara Rp 70 ribu-Rp 85 ribu dan kaus grosir antara Rp 50 ribu- Rp 65 ribu, usaha BBDC yang dirintis Rasyid dan Lanang ini pun sekarang telah mampu menghasilkan omzet mencapai Rp 20 juta per bulannya. Jika berminat dengan layanan Buka-baju.com, bisa mengunjungi akun Twitternya yakni @bukabajudc.

Baca juga: Damn I Love Indonesia ~ Kesuksesan Brand Fashion Populer Dengan Jargon Cinta Tanah Air

Kendala dan Kesulitan Usaha

Meski telah sukses dalam usahanya, Rasyid mengungkapkan bahwa dalam menjalankan bisnisnya tersebut ia bukan tanpa hambatan. Rasyid bercerita bahwa dirinya pernah mendapatkan order yang sepi yang didominasi orderan sablon satuan. Pada awal merintis sablon, bahkan penghasilan mereka tidak sampai Rp 1 juta. Tapi, mereka yakin, berbisnis harus dibarengi doa dan usaha. Selain orderan yang sepi kendala produksi juga kerap dialami, terutama ketika mencampur warna agar sesuai dengan desain gambar sablon.

Kendala lainnya yang sering juga dialami adalah ketika proses konsultasi desain berlangsung. Tak jarang, pelanggan banyak keinginan dan minta revisi desain berkali-kali. Maka dalam menjalankan usaha ini Rasyid dan Lanang memang dituntut ekstra sabar dan tetap mengutamakan pelanggan.

Advertisement
Asep Irwan

Asep Irwan adalah content writer di Maxmanroe.com. Memiliki minat besar di dunia kepenulisan, blogging, dan media online.

Leave a Comment