Mengenal Apa Itu Native Ads, Jenis Iklan yang Sedang Trend di Indonesia

Advertisement-Scroll to Continue

Apa Itu Native Ads

Sebenarnya, apa itu Native Advertising / Native Ads, dan apa kelebihannya dibandingkan dengan jenis iklan online lainnya?

Mungkin pertanyaan ini cukup sering terlintas di pikiran banyak publisher dan juga advertiser online saat ini. Pasalnya, sejak kemunculannya beberapa tahun yang lalu (tahun 2013), ada cukup banyak perubahan yang terjadi pada dunia periklanan online, termasuk di Indonesia.

Kemunculan Native Advertising atau yang lebih dikenal dengan Native Ads bukan tanpa alasan. Seperti kita ketahui, sebagian besar pengguna internet tidak menyukai tampilan iklan pada konten yang sedang mereka baca/ tonton. Walaupun iklan tersebut spesifik dan sesuai dengan minat si audiens, tetap saja iklan dianggap mengganggu.

Tampilan iklan di berbagai media online selama ini sudah cukup dikenal oleh sebagian besar pengguna internet. Mereka mengenal bagian mana konten dan bagian mana iklan yang ada di konten tersebut.

Walaupun banyak pengguna internet yang tidak mempermasalahkan tampilan iklan, namun beberapa jenis iklan menjengkelkan seperti iklan pop up atau iklan pop under seringkali membuat pengguna internet menutup halaman website yang sedang mereka buka.

Mengenal Apa Itu Native Advertising

Pengertian iklan native atau native ads adalah jenis iklan yang dapat menyesuaikan dengan bentuk dan fungsi platform tempat iklan tersebut muncul. Mulai dari jenis font, warna font, hingga bentuknya pun bisa menyesuaikan dengan layout media.

Native ads adalah advertorial di era digital yang dapat berbentuk artikel, gambar, multimedia, dan bentuk lainnya. Jenis iklan native dianggap tidak mengganggu kenyamanan audiens karena formatnya menyatu dan sesuai dengan konten.

Native ads adalah bentuk media berbayar yang sering diadopsi oleh pemasar konten. Menurut definisinya, konten berbayar apa pun yang ada dalam “in-feed” dan secara inheren tidak mengganggu dapat disebut sebagai iklan native.

Ini termasuk tweets yang dipromosikan di Twitter, saran posting di Facebook, dan rekomendasi konten berbasis editorial dari berbagai platform periklanan, misalnya Google Adsense.

Format iklan Native Ads tampilannya disesuaikan dengan layout dari media placement-nya. Penyesuainya ini termasuk; jenis font iklan, warna font iklan, hingga bentuk medianya (image, video). Format iklan Native Ads ini bagi sebagian besar orang dianggap tidak mengganggu kenyamanan audiens.

Selain itu, Native ads bisa diaplikasikan untuk website versi desktop, mobile, serta aplikasi mobile. Tampilan Native ads ini jauh lebih user-friendly ketimbang iklan online konvesional lainnya yang sering menutup konten.

Di Indonesia sendiri penerapan Native Ads sudah dilakukan oleh berbagai network. Salah satunya adalah Google Adsense yang saat ini sudah memiliki inventori untuk iklan native.

Berikut ini adalah beberapa contoh native ads yang sering kita lihat:

1. Native Ads di situs Entrepreneur.com

2. Native Ads di situs Yahoo.com

contoh native ads

3. Iklan Native dari Google Adsense

4. Iklan Native di situs Kompas dan Viva

Iklan Native versi Mobile

Jenis-jenis Native Ads

Jenis-jenis Native Ads

Perubahan teknologi di era digital seakan tidak akan pernah berhenti. Selalu ada perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik dalam berbagai hal, termasuk dalam dunia periklanan online.

Pertumbuhan pengguna perangkat mobil yang sangat massive juga memberikan dampak yang sangat besar pada dunia periklanan online.

Berikut ini adalah beberapa jenis iklan native:

1. Display Ads with Native Elements

Jenis iklan native ini tampak seperti iklan online pada umumnya, misalnya banner pada website. Namun, iklan yang ditampilkan terlihat organik dan relevan secara kontekstual dengan website dan konten tempat munculnya.

2. Promoted Listings

Bagi mereka yang sering berbelanja online pasti akan familiar dengan promoted listings atau daftar promosi.

Sebagai contoh, ketika kita mencari laptop di situs Blibli.com maka akan terlihat beberapa daftar sponsor di hasil pencariannya. Meskipun daftar iklan itu berbayar, tampilannya dibuat sedemikian rupa agar terlihat seperti bukan iklan tapi konten organik.

3. Unit In-Feed

Iklan native ini muncul pada bagian feed media sosial (Facebook, Twitter) atau website besar seperti Mashable, Detik, Kompas, Tribunnews, Viva, Kaskus, dan lainnya.

Penempatan iklan ini biasanya sesuai dengan konten yang ada pada situs tempat iklan tersebut muncul. Selain itu, unit in-feed pada setiap website pun tidak sama, tergantung dari user experience (UX) dari masing-masing website.

4. Paid Search Units

Jenis iklan native ini biasanya muncul di situs mesin pencari, misalnya Google. Tampilan iklan native pada mesin pencari biasanya terlihat seperti hasil pencarian organik, meski nyatanya adalah iklan berbayar.

5. Recommendation widgets

Iklan native jenis ini biasanya dapat kita lihat di bagian akhir artikel sebuah website yang merekomendasikan konten tambahan yang mungkin disukai pembaca. Selain itu, jenis iklan native ini juga bisa ditemukan di media sosial dan situs mesin pencarian.

Penggunaan Native Ads Pada Konten

Apa Itu Native Advertising

Menurut beberapa sumber di internet, saat ini perusahaan-perusahaan besar lebih memilih menggunakan Native Ads ketimbang model iklan banner.

Alasannya, selain tampilannya tidak mengganggu audiens, banyak yang menganggap bahwa iklan native lebih efektif dibanding jenis iklan lainnya karena saat ini orang lebih banyak menghabiskan waktu bermain smartphone dan iklan jenis ini sangat baik di smartphone.

Pada implementasinya, format Native Ads bisa dioptimasi pada copy ads dan visualnya. Copy ads ini terdiri dari headline dan deskripsi singkat, sedangkan visualnya adalah image yang relevan dengan copy ads.

Headline yang menarik biasanya akan mendapat klik lebih banyak, namun tentu saja ada batasan yang harus diperhatikan oleh pengiklan. Berikut ini adalah cara penyusunan headline pada sebuah iklan Native:

1. Inti Konten yang Dipromosikan

Headline dan deskripsi adalah inti dari konten yang akan dipromosikan yang kemudian juga akan dioptimasikan dengan adanya visual image yang relevan. Headline ini dibuat sebagai pesan utama dalam iklan untuk mendekati audiens.

2. Penggunaan Bahasa yang Tepat

Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sesuai dengan target audiens. Dalam hal ini, bila target market adalah orang Indonesia maka akan lebih baik bila materi iklan menggunakan bahasa Indoensia agar lebih mudah diterima oleh audiens.

3. Arahan Call to Action

Dalam setiap iklan pasti kita menemukan Call-to-Action (CTA). CTA ini adalah sesuatu yang sangat penting dalam menyusun sebuah headline. Di dalam Native ads perlu memberikan arahan kepada audiens untuk melakukan klik untuk mendapatkan informasi lebih lengkap terkait iklan yang dilihat oleh audiens.

Native Ads Akan Meningkatkan CTR, Katanya

Banyak pihak yang mengatakan bahwa menggunakan iklan native akan membuat CTR (click through rate) iklan akan semakin tinggi. Dengan begitu, maka si pengiklan akan lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan konsumen atau klien, sedangkan publisher akan mendapatkan lebih banyak penghasilan dari klik iklan.

Secara teori hal ini sangat masuk akal karena memang tampilan iklan menjadi lebih menarik/ eye cathing, dan pada saat yang sama iklan tersebut tidak mengganggu si audiens. Dengan kata lain, dengan Native Ads maka semua bisa senang; pengiklan senang, publisher senang, dan audiens pun senang.

Menurut pengakuan dari beberapa publisher Google Adsense yang sudah menerapkan Native Ads di website mereka, memang ada perubahan yang cukup mencolok dari sisi CTR iklan.

Namun, dari sisi penghasilan belum menunjukkan perubahan yang signifikan, bahkan ada yang cenderung menurun karena nilai klik iklan (CPC) yang kecil.

Selain tampilan Native ads, tentu saja ada hal lain yang mempengaruhi CTR iklan. Misalnya kecepatan loading website, kualitas headline iklan, kualitas gambar iklan, dan juga penempatan posisi iklan.

PENUTUP

Menurut FreakOut, perusahaan platform Native Ads, saat ini trafik Native Ads paling besar berasal dari perangkat Android, trafik tertinggi ada pada jam 6 – 8 pagi dan jam 10 – 11 malam. Sedangkan porsi sumber trafik dari iklan native adalah:

  • 80% dari mobile web
  • 15% dari mobile app
  • 5% dari game app

Hal ini menunjukkan bahwa di tahun 2017 dan tahun-tahun mendatang porsi advertising dari iklan Native akan semakin besar karena dipercaya lebih efektif dalam menjangkau audiens. Bagaimana menurut Anda?

Artikel lain: Strategi Marketing Digital yang Powerfull dengan Cinemagraph

Advertisement
Jonathan

Jonathan adalah content writer di Maxmanroe.com. Menyukai topik media sosial dan internet, memiliki prinsip bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang belum saatnya.

Leave a Comment